Jakarta – Pipa gas bawah laut mengalami kebocoran di perairan Bojonegara, Serang, Provinsi Banten Senin (9/7) pagi. Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab kebocoran pipa gas bawah laut seperti ini.
“Secara teknis, harus ada feasibility study,” kata Ketua Pengembangan Usaha dan Jasa Kelautan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) Edi Jatmiko ST, MT, Senin (9/7).
Menurut Edi, dalam pra perencanaan, seperti feasibility study, mencakup antara lain kelayakan teknis. Bagian feasibility study harus selesai dulu. Bila secara teknis tidak layak, kemudian diteruskan, maka sejak lahir memang sudah salah, atau tidak layak.
Ini hanya salah satu contoh saja di pra perencanaan. Masih ada, layak lingkungan dan lain sebagainya. Kemudian, masuk di perencanaan. Dalam perencanaan terdapat banyak faktor, seperti engineering. “Apakah perhitungannya sudah benar, sesuai standard, code, acuan engineering dan faktor keamanan,” katanya.
Selain itu, menurut Edi, perusahaan juga harus reputable. Biasanya ada sertifikasi badan usahanya. Faktor pemberi sertifikasi badan usaha, bila tidak layak, tapi diberikan sertifikasi layak akan menimbulkan masalah.
Tahap selanjutnya ada di kontruksi, dan ini ada dua penentu. Seperti dalam pengerjaan satu kontraktor dengan dua pengawas. Di bagian ini, ada SOP (Standard Operasional Prosedur). Pengerjaan teknis, harus sesuai dengan perencanaan.
Acuanya ada pada perencanaan. Kesalahan yg bisa terjadi seperti spek yg berbeda dan prosedur pengerjaan yang berbeda. Di sini peran pengawas mengontrol kontraktor, agar tidak berbeda dengan perencanaan.
“Biasanya dalam pengerjaan kontruksi ada monitoring dan evaluasi risiko,” ujar Edi yang juga mendalami konstruksi bawah laut ini.*
Komentar tentang post