Mikroplastik Terakumulasi dalam Rantai Makanan

Mikroplastik

Mikroplastik di Laut Sawu. FOTO: NOIR PRIMADONA PURBA

Jakarta – Peneliti dari Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr Ing Widodo S Pranowo mengatakan, mikroplastik perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat terakumulasi dalam rantai makanan.

Mikroplastik ini bukan hanya berasal dari sampah plastik dari daerah setempat, melainkan juga terbawa arus. Karena itu, diperlukan kerja sama dan koordinasi berbagai pihak. Seperti kementerian, lembaga, dan masyarakat untuk mengatasi masalah mikroplastik di laut.

Hasil penelitian terbaru di Indonesia telah menyoroti dampak buruk mikroplastik ini. Penelitian ini kolaborasi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Tim peneliti yang terlibat dalam studi ini masing-masing Dannisa Ixora Wanadwiva Handyman, Noir Primadona Purba, Widodo Setiyo Pranowo, Syawaludin Alisyahbana Harahap, Ibnu Faizal Dante dan Lintang Permata Sari Yuliadi.

Penelitian ini menyebutkan bahwa 25 persen potongan mikroplastik ditemukan pada ikan yang dijual di pasar Indonesia. Bila tidak mendapat perhatian, ikan yang terkontaminasi mikroplastik ini akan tetap ada di seluruh pasar.

Penelitian ini telah dipublikasi dalam Polish Journal of Environmental Studies Vol 28 No 1 dengan mengambil lokasi di Pesisir Indramayu, Laut Jawa. Secara dominan di lokasi ini dipengaruhi pembalikan arus pasang surut.
Partikel-partikel mikroplastik yang saat ini berada di Laut Jawa diduga berasal dari Laut Cina Selatan dan Samudra Pasifik.

Sementara itu, peneliti dari Universitas Kedokteran Wina Philipp Schwabl mengatakan, partikel-partikel mikroplastik terkecil mampu memasuki aliran darah, sistem limfatik dan bahkan dapat mencapai hati. Sekarang sudah ada bukti pertama untuk mikroplastik di dalam tubuh manusia.*

 

Exit mobile version