Sembilan Bukti Biota Laut Konsumsi Plastik di Indonesia

Raja Laut

Fosil hidup ikan raja laut, Latimeria menadoensis. FOTO: DOK. Prof Dr Markus T Lasut MSc

PLASTIK dan mikroplastik telah menjadi ancaman nyata di pesisir dan laut. Akibat pencemaran sampah plastik di laut, telah ditemukan kandungan plastik berukuran mikro dan nano pada biota dan sumber daya laut di perairan Indonesia.

Apa saja temuan plastik dan mikroplastik pada biota laut di perairan Indonesia, ini buktinya:

1. Raja Laut

Menurut Prof Dr Markus T Lasut MSc dari Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan (FPIK) Universitas Sam Ratulangi Manado secara tidak disengaja, telah ditemukan plastik di dalam usus besar spesimen fosil hidup ikan raja laut, Latimeria menadoensis.

Ikan raja laut (coelacanth) disebut sebagai fosil hidup atau ikan purba. Disebut fosil hidup karena tidak berubah sejak 400 juta tahun lalu itu. Ikan ini, menjadi populer setelah ditemukan di Pulau Manado Tua, pada 1997 dan 1998.

2. Penyu di Bali

Seekor penyu ditemukan mati pada Juli 2018 di pantai Penarukan, Kecamatan Buleleng, Bali. Penyu ini diduga mati karena telah memakan plastik. Tim dari Program Studi S1 Akuakultur, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Undiksha Singaraja, Bali, menemukan plastik di dalam perut penyu mati.

Kerongkongan penyu itu tersumbat plastik, sehingga makanan menumpuk di kerongkongan tidak bisa masuk ke saluran pencernaan dan akhirnya penyu itu mati.

3. Potongan Mikroplastik pada Ikan

Hasil penelitian menemukan terdapat 25 persen potongan mikroplastik pada ikan yang dijual di pasar Indonesia. Bila tidak mendapat perhatian, ikan yang terkontaminasi mikroplastik ini akan tetap ada di seluruh pasar.

4. Taman Nasional Bunaken

Kepala Laboratorium Data Laut & Pesisir Pusat Riset Kelautan Badan Riset dan SDM KKP Dr Ing Widodo S Pranowo mengatakan, tercatat lokasi pencemaran terluas berada di Taman Nasional Bunaken, yakni 50 hingga 60 ribu partikel per kilometer persegi.

5. Mikroplastik Terbawa Arus

Tim peneliti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan menemukan mikroplastik bukan hanya berasal dari sampah plastik daerah setempat, melainkan juga terbawa arus. Para peneliti ini masing-masing, Dannisa Ixora Wanadwiva Handyman, Noir Primadona Purba, Widodo Setiyo Pranowo, Syawaludin Alisyahbana Harahap, Ibnu Faizal Dante dan Lintang Permata Sari Yuliadi.

Partikel-partikel mikroplastik yang saat ini berada di Laut Jawa diduga berasal dari Laut Cina Selatan dan Samudera Pasifik.

Karena itu, diperlukan kerja sama dan koordinasi berbagai pihak. Seperti kementerian, lembaga, dan masyarakat untuk mengatasi masalah mikroplastik di laut.

6. Mikroplastik di Bali

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B Pandjaitan mengatakan, hasil penelitian bekerja sama dengan Universitas Udayana menemukan kandungan mikroplastik dalam tubuh ikan yang ditangkap di Bali.

7. Sampel Ikan di Indonesia Timur

Riset yang dilakukan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin menemukan bahwa sepertiga sampel ikan yang ditangkap di daerah Timur Indonesia mengandung mikro plastik. Bahkan, mikro plastik telah terkandung dalam hampir semua air keran di seluruh dunia.

8. Penyakit Karang di Lokasi Banyak Plastik

Dosen dari Departemen Ilmu dan Teknologi dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Beginer Subhan SPi MSi mengatakan, kasus penyakit karang terjadi di lokasi yang banyak sampah plastik.

Hasil penelitian di beberapa wilayah oleh para ahli terumbu karang dari Indonesia dan dunia, menemukan di daerah yang banyak sampah plastik, kasus penyakit karang juga banyak terjadi.

9. Dampak pada Karang Acropora formosa

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Dr Agung Dhamar Syakti mengatakan, mikroplastik memberikan dampak terhadap karang, khususnya spesies Acropora formosa. Dampak yang ditimbulkan seperti bleaching (pemutihan karang) dan necrosis.

Spesies Acropora formosa termasuk jenis yang biasa dijumpai di perairan dangkal. Jenis ini paling umum dan banyak dijumpai di Indonesia.*

Exit mobile version