SAMPAH plastik, seperti botol dalam berbagai kemasan menjadi momok karena berkontribusi dalam mencemari lingkungan. Terutama bila sampah plastik ini dibuang begitu saja di sungai, pinggir pantai dan lautan.
Perang terhadap buangan sampah plastik dilakukan berbagai nehara di dunia, termasuk Indonesia. Kegiatan-kegiatan membersihkan sampah plastik di pantai dan laut digelar di berbagai tempat.
Untuk mengurangi buangan sampah, di Surabaya, upaya yang dilakukan dengan cara membayar bus dengan bekas botol air minum plastik.
Kini di Bandung, manfaat limbah botol plastik minuman tersebut dapat dijadikan filamen printer 3D.

Seperti dilansir laman Itb.ac.id, dosen ITB Dr Mardiyati melakukan penelitian mengenai pemanfaatan sampah botol plastik sebagai bahan filamen untuk produk 3D printing.
Penelitian tersebut dengan judul “Preparation of 3D Printing Filament Made From Thermoplastic Waste“.
Pemanfaatan dan permintaan filamen cetak 3D saat ini sedang meningkat secara signifikan. Sementara filamen cetak 3D komersial yang tersedia di pasaran bahannya mahal. Apalagi, bahan ini masih impor dari luar negeri.
Karena itu, Mardiyati mencari bahan lain sebagai bahan filamen, yaitu dengan menggunakan termoplastik dari sampah botol air mineral.
Termoplastik ini salah satu bahan yang dapat didaur ulang dan dimanfaatkan kembali menjadi suatu produk baru dengan melalui suatu proses pemanasan. Penelitian ini berfokus pada pengembangan dan pemanfaatan termoplastik sebagai bahan baku untuk filamen cetak 3D.
Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan filamen cetak 3D yang terbuat dari termoplastik dan untuk mengkarakterisasi kinerja filamen termoplastik.
Penelitian dan pengembangan filamen dilakukan di Green Polymer Lab, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB.
Mardiyati mengawali penelitiannya pada 2016 dan selesai 2018. Penelitian ini berhasil mengembangkan filamen 3D printing dari sampah tutup botol yang berbahan dasar Polipropilena dan botol air mineral yang berbahan dasar PET. Penelitian ini pun sudah memiliki hak paten.
Filamen jenis ABS dan PLA sangat mahal dan tinggi di pasaran. Berangkat dari hal tersebut, tercetuslah ide pembuatan filamen dari sampah plastik menjadi produk.
“Kenapa kita tidak mencoba membuat filamen sendiri dari sampah plastik untuk bahan 3D printing,” kata Mardiyati.*
Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia
Komentar tentang post