AIR SUNGAI yang jernih membawa perahu karet melewati bebatuan kecil dan besar. Air yang mengalir deras mengikuti pola alur di Sungai Telaga Waja Karangasem, Bali.
Sesekali perahu ini membentur tebing yang tinggi atau bebatuan besar.
“Stop,” kata Komang John (46 tahun) skipper atau pemandu rafting yang membawa kami menjelajahi sungai kurang lebih 21 kilo meter, akhir pekan ini.
Stop, berarti tidak perlu mengayuh dayung. Bila pemandu memberikan intruksi “Maju”, itu artinya bersama-sama mengayuh dayung.
Ada pula instruksi “Mundur”, “Kanan Maju Kiri Mundur” atau “Kanan Mundur Kiri Maju”.
Rafting di Sungai Telaga Waja memang mengasyikan. Selama 2 jam 30 menit perahu karet yang kami tumpangi mengarungi dan melewati berbagai rintangan bebatuan. Pohon kelapa dan tanaman lainnya tumbuh di sisi kiri dan kanan sungai.
Rafting, kata lain dari arung jeram. Dengan tingkatan berada di level 2 hingga 4, jeram di Sungai Telaga Waja membutuhkan pemandu yang profesional.
Air yang deras mengalir di bebatuan, kemudian menurun butuh pengendalian dan ketenangan untuk tetap membawa perahu karet mengikuti alur sungai.
Lebih kurang 30 menit melewati jeram, kami naik ke pinggir sungai, berjalan kaki 100 meter. Naik lagi ke perahu karet untuk melanjutkan petualangan di Sungai Telaga Waja.
Komentar tentang post