Siklon Tropis Surigae Sangat Kuat, Ini Dampaknya Bagi Indonesia

BMKG

Darilaut – Siklon tropis Surigae masih sangat kuat dan memberikan dampak cuaca bagi Indonesia. Posisi siklon tropis tersebut berada di perairan timur Filipina.

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan BMKG terus melakukan pemantauan perkembangan siklon tropis Surigae dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya, serta potensi dampak cuaca ekstremnya.

Terkait dengan potensi cuaca ekstrem, BMKG mengimbau, pertama, membatasi melakukan pelayaran di wilayah perairan Papua bagian utara, Maluku Utara, dan Sulawesi Utara.

Kedua, menghindari daerah rentan mengalami bencana seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai, dan lainnya.

Ketiga, mewaspadai potensi dampak seperti banjir, banjir bandang, banjir pesisir dan tanah longsor terutama di daerah yang rentan.

Berdasarkan analisis terbaru Selasa (20/4), menurut Guswanto, BMKG memonitor bahwa typhoon Surigae masih menunjukkan eksistensi di wilayah perairan timur Filipina. Posisi tepatnya di 15.5° LU, 126.1° BT.

Intensitas typhoon Surigae masih berada pada kategori “sangat kuat” dengan kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 95 knot (176 km/jam). Tekanan di pusatnya mencapai 935 hPa dengan pergerakan sistem ke arah timur laut.

Guswanto mengatakan hingga Sabtu tanggal 24 April 2021, typhoon Surigae diprediksi masih bertahan di perairan Samudera Pasifik Barat. Posisi berada di wilayah sebelah timur Filipina dengan intensitas yang semakin melemah.

Dampak signifikan cuaca dan gelombang ekstrem dari eksistensi typhoon Surigae ini terjadi di wilayah Filipina.

Typhoon Surigae posisinya sudah sangat jauh dari wilayah Indonesia. Tetapi dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang di wilayah Indonesia masih dapat terjadi dalam 24 jam ke depan.

Seperti potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat, disertai kilat (petir), serta angin kencang di wilayah Laut Sulu dan dan Laut Sulawesi. Dampak hujan di wilayah daratan tidak signifikan.

Tinggi Gelombang 1,25 – 2,5 meter berpeluang terjadi di Selat Makassar bagian utara, Laut Sulawesi, perairan Kepulauan Sangihe, perairan selatan Kepulauan Talaud, perairan Kepulauan Sitaro.

Kemudian di perairan Bitung – Likupang, Laut Maluku bagian utara, perairan barat dan utara Kepulauan Halmahera.

Selanjutnya di Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat hingga Papua, Samudra Pasifik utara Papua Barat hingga Papua.

Tinggi Gelombang 2,5 – 4 meter berpeluang terjadi di perairan utara Kepulauan Talaud dan Samudera Pasifik utara Halmahera.

Saat ini telah dimonitor pola siklonal di wilayah Pasifik Barat sebelah timur laut Papua Nugini dan di sebelah selatan Merauke. Selain itu, pola sirkulasi EDDY dengan pola antisiklonal di utara Papua.

Berdasarkan analisis terbaru, kata Guswanto, dua pola siklonal di dekat Papua tersebut masih menunjukkan potensi yang rendah untuk menjadi bibit siklon dalam 24 jam ke depan.

Eksistensi pola siklonal dan sirkulasi Eddy di wilayah timur Indonesia tersebut berdampak pada pembentukan pola konvergensi.

Selain itu, perlambatan angin yang dapat berkontribusi pada peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur sebelah utara ekuator.

BMKG terus melakukan monitoring terhadap perkembangan pola siklonal tersebut untuk mengantisipasi perkembangan yang signifikan dan bisa berdampak pada potensi cuaca ekstrem.

Untuk sepekan ke depan, potensi hujan intensitas sedang-lebat dapat terjadi di beberapa wilayah lainnya. Seperti di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Banten, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Exit mobile version