Survei Penyakit Karang dan Mikroplastik di Karimunjawa

Survei penyakit karang di Taman Nasional Karimunjawa. FOTO: KSDAE/KLHK

Darilaut – Balai Taman Nasional Karimunjawa melakukan kegiatan survei penyakit karang, makroplastik dan hewan pengebor karang. Kegiatan bersama Wildlife Conservation Society (WCS) dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Karimunjawa tersebut berlangsung pada 15-22 Juni.

Survei telah dilakukan di 20 lokasi dari 38 total lokasi pengambilan data untuk kajian kualitas air di perairan Karimunjawa.

Survei menggunakan metode transek sabuk (belt transect) sepanjang 20 meter x 2 meter sebanyak 3 kali ulangan di ekosistem terumbu karang pada kedalaman 3.5 – 4.5 meter.

Koloni karang yang menunjukkan gejala atau tanda penyakit dicatat, begitupula dengan pencatatan jumlah koloni karang sehat.

Untuk survei bioeroder dilakukan dengan metode belt transect yang sama dengan menghitung jumlah individu cacing, kerang, spons, bulu babi dan mahkota duri di sepanjang transek.
Kondisi penyakit karang dan kelimpahan hewan pengebor karang (coral bioeroder) merupakan faktor biotik yang dapat memberikan indikasi kondisi perairan di sebuah ekosistem terumbu karang.

Misalnya, studi-studi sebelumnya menunjukkan pada perairan yang kadar nitrogennya tinggi, tinggi pula kegiatan bioerosi atau jumlah hewan bioeroder di ekosistem terumbu karang.
Kadar nitrogen di perairan dapat mengindikasikan kualitas perairan itu sendiri dan indikasi kondisi limpasan limbah cair dari daratan ke lautan.

Survei plastik, melalui studi-studi, telah ditemukan memiliki korelasi positif terhadap kerentanan karang terumbu terhadap penyakit dan pemutihan (bleaching).

Survei ini merupakan rangkaian studi kualitas air yang akan dilaksanakan di perairan TN Karimunjawa. Tujuan survei, untuk meninjau kondisi perairan di Karimunjawa sebagai indikasi kesehatan ekosistem terumbu karang. Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan optimal ekosistem terumbu karang dan apakah mendukung resiliensinya dalam menghadapi tekanan aktivitas manusia dan perubahan iklim.

Langkah selanjutnya, dilakukan pengolahan dan analisis data. Selain itu, pengambilan data akan dilakukan kembali beberapa bulan setelah kegiatan wisata telah aktif.

Pengambilan data tidak hanya pada faktor biotik. Namun juga abiotik dari parameter kualitas perairan seperti kandungan nitrogen dan fosfat.

Selain itu, tujuan survei lainnya menjadi data dasar saat kegiatan wisata tidak aktif, sebagai pembanding dengan kondisi nanti pada saat wisata telah aktif kembali.

Tim pengambilan data survei masing-masing 2 staf WCS, 2 staf Balai TN Karimunjawa dari SPTN 1 dan 2, 2 perwakilan HPI Karimunjawa dan didampingi konsultan ahli di bidang penyakit karang dari Universitas Diponegoro, Semarang.*

Exit mobile version