Surabaya – Sejak 2017, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah mengembangkan kurikulum maritim dan bencana.
“Dalam kurikulum kemaritiman tidak hanya menanamkan kembali budaya maritim, melainkan juga mengajarkan tanggap bencana sejak dini,” kata Asisten Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan Kemaritiman Tb Haeru Rahayu, Sabtu (10/11).
Menurut Tb Haeru, kurikulum ini sangat penting mengingat posisi geografis Indonesia yang berada dalam pertemuan sirkum pasifik dan sirkum mediterania. Karena itu, negara Indonesia dikaruniai kesuburan dan kekayaan sumber daya alam, sekaligus rentan bencana alam.
Dalam pengembangan kurikulum ini, Kemenko Kemaritiman bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kurikulum kemaritiman, saat ini, telah memasuki uji coba implementasi melalui pilot project di sekolah-sekolah.
Kemenko Kemaritim terus mengawal implementasi kurikulum ini melalui monitoring dan evaluasi secara berkala bersama mitra kerja.
Berkaitan dengan kearifan lokal tanggap bencana, kata Tb Haeru, telah diajarkan secara tradisi turun temurun. Hal ini menjadi akar dalam muatan tanggap bencana yang ada dalam kurikulum kemaritiman.
“Kita mengemasnya dalam konsep kekinian, sesuai pola belajar zaman sekarang. Karena sekarang kita sudah masuk ke era digital yah,” ujarnya.
Komentar tentang post