Darilaut – Secara umum perkembangan tingkat kemiskinan Provinsi Gorontalo sejak 2016 hingga Maret 2024 mengalami penurunan.
Dari sisi jumlah maupun persentasenya, menurut BPS Provinsi Gorontalo, perkembangan tingkat kemiskinan, September 2016 – Maret 2024 mengalami penurunan.
Dalam berita resmi Statistik yang dikeluarkan (1/7) penurunan tingkat kemiskinan paling siginifkan terjadi pada September 2018, yakni sebesar 0,98 persen poin dibandingkan Maret 2018.
Masa pandemi Covid-19 yang mencapai puncak pada periode September 2020-Maret 2021 menyebabkan tingkat kemiskinan mengalami kenaikan.
Tingkat kemiskinan pada September 2021, mengalami penurunan dibandingkan Maret 2021. Pada Maret 2022, tingkat kemiskinan di Provinsi Gorontalo mengalami kenaikan dibandingkan September 2021.
Pada September 2022 tingkat kemiskinan kembali mengalami kenaikan dibandingkan Maret 2022 dan mengalami penurunan kembali pada Maret 2023.
Kemudian pada Maret 2024 tingkat kemiskinan mengalami penurunan dibandingkan Maret 2023.
Pada Maret 2024 tingkat kemiskinan Provinsi Gorontalo mencapai 177,99 ribu orang. Dibandingkan Maret 2023, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebanyak 5,72 ribu orang.
Persentase penduduk miskin pada Maret 2024 tercatat sebesar 14,57 persen, menurun 0,58 persen poin terhadap Maret 2023.
Berdasarkan wilayah tempat tinggal, menurut BPS Provinsi Gorontalo, pada Maret 2023 dibandingkan Maret 2024, jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 1,38 ribu orang, sedangkan di perdesaan turun sebesar 7,07 ribu orang.
Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah (atau lebih rendah) dari Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) itu sendiri terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).
Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp442.194,- per kapita per bulan dan pada Maret 2024 mengalami kenaikan menjadi Rp473.006,- per kapita per bulan, yang berarti naik sebesar Rp30.812,- per kapita per bulan, atau naik sebesar 6,97 persen.
Pada Maret 2024, GKM untuk wilayah perkotaan tercatat sebesar Rp353.297,- dan perdesaan sebesar Rp374.832,-. Kondisi ini menunjukan bahwa pola konsumsi makanan di wilayah perdesaan kurang mengandung kalori dibandingkan pola konsumsi di perkotaan, sehingga untuk mendapatkan kalori yang standar (2100 kkal/hari) diperlukan harga yang lebih mahal.
Pada Maret 2024, GKBM untuk wilayah perkotaan adalah sebesar Rp122.554,- dan perdesaan sebesar Rp94.736,- maka terlihat bahwa di wilayah perkotaan, GKBM cenderung lebih tinggi.
Berdasarkan kondisi tersebut, terlihat bahwa penduduk di wilayah perkotaan mempunyai pola konsumsi non makanan jauh lebih tinggi daripada penduduk di wilayah perdesaan.
Hal ini tentu dipengaruhi oleh konsumsi kebutuhan non makanan di perkotaan yang lebih banyak dengan harga relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan, seperti komoditi perumahan, kesehatan, pakaian, perlengkapan, serta jasa.
Bila dibedakan Garis Kemiskinan wilayah perkotaan dan perdesaan, maka Garis Kemiskinan di wilayah perkotaan pada Maret 2024 adalah sebesar Rp475.851,- per kapita per bulan dan Garis Kemiskinan di wilayah perdesaan sebesar Rp469.568,- per kapita per bulan.
Pada Maret 2024, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di wilayah perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 29,71 persen di perkotaan dan 31,07 persen di perdesaan.
Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK, yaitu sebesar 12,38 persen di perkotaan dan 11,81 persen di perdesaan. Posisi ketiga komoditi dengan kontribusi terbesar di perkotaan dan di perdesaan adalah tongkol/tuna/cakalang, yaitu masing-masing sebesar 5,44 persen dan 5,76 persen.
Selanjutnya, komoditi cabe rawit memberikan kontribusi ke-4 di perkotaan dengan kontribusi sebesar 2,45 persen. Sedangkan untuk perdesaan diisi oleh kue basah dengan kontribusi sebesar 3,44 persen.
Di posisi ke-5 untuk perkotaan disumbang oleh komoditi kue basah dengan kontribusi sebesar 2,40 persen. Di Perdesaan pada posisi ke-5 disumbang oleh komoditi gula pasir dengan kontribusi sebesar 2,52 persen.
Secara rata-rata, garis kemiskinan per rumah tangga di Provinsi Gorontalo pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp2.431.251,-/bulan naik sebesar 11.98 persen dibanding kondisi Maret 2023 yang tercatat sebesar Rp2.171.173,-/ bulan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar melihat berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan yang disajikan dalam bentuk indeks.
Indeks kedalaman kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Pada periode Maret 2023-Maret 2024, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami penurunan sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami kenaikan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar 2,879 turun 0,039 poin dibandingkan kondisi Maret 2023 yang tercatat sebesar 2,918, jika dibandingkan kondisi Maret 2022 yang tercatat sebesar 3,039, nilai ini turun 0,160 poin.
Selanjutnya untuk Indeks Keparahan Kemiskinan, pada periode yang sama mengalami kenaikan 0,036 poin dari 0,740 pada Maret 2023 menjadi 0,776 pada Maret 2024.
Jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2022 yang tercatat sebesar 0,848 nilai ini turun sebesar 0,072 poin.
