Darilaut – Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Gorontalo pada November 2025 tercatat sebesar 114,48, turun 1,34 persen dibandingkan Oktober 2025 yang berada di angka 116,03. Penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,33 persen, serta naiknya indeks harga yang dibayar petani (Ib) meski hanya 0,01 persen. Hal ini terungkap dalam Berita Resmi Statistik yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo.
NTP merupakan indikator penting untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan. Ketika NTP turun, artinya kemampuan petani dalam membeli barang konsumsi maupun kebutuhan produksi juga menurun.
Pada November 2025, subsektor hortikultura menjadi penyumbang terbesar penurunan NTP, dengan kontraksi yang sangat tajam yaitu 27,38 persen. Penurunan ini terutama disebabkan oleh merosotnya indeks harga yang diterima petani hortikultura (It) hingga 26,87 persen, dipicu anjloknya harga komoditas cabai rawit dan cabai merah, serta kelompok sayur-sayuran lainnya.
Meskipun hortikultura tertekan, beberapa subsektor lain justru menunjukkan perbaikan. Subsektor tanaman pangan naik 1,22 persen, didorong oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,09 persen, terutama dari komoditas palawija seperti jagung. Selain itu, subsektor perikanan juga mencatat kenaikan cukup signifikan, yakni 4,64 persen, akibat naiknya indeks harga yang diterima nelayan serta turunnya biaya konsumsi rumah tangga (IKRT).




