Bambu Sebagai Penggerak Ekonomi

Bambu. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Bambu memiliki nilai sebagai penggerak ekonomi dan untuk perbaikan kualitas lingkungan hidup.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong mengatakan bambu di Indonesia tidak hanya memiliki nilai ekonomi, tetapi nilai ekologi, budaya, religi bahkan perjuangan.

Bambu, kata Alue, sangat strategis untuk dikembangkan menjadi sumber ekonomi baru, sekaligus untuk perbaikan kualitas lingkungan hidup.

“Strategi dan Rencana Aksi Nasional Bambu yang telah disusun KLHK untuk dapat dilihat kembali, diperbaharui dan disempurnakan. Sambil pararel, kita kembangkan hulu, tengah dan hilirnya dengan terus mendorong kegiatan penanaman yang lebih lanjut sebagai kontinuitas dari industri bambu tersebut,” kata Alue.

Bambu merupakan sumberdaya alam yang keberadaannya sangat dekat dan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam mekanisme pengembangannya pendekatan pemberdayaan masyarakat menjadi aspek penting.

Untuk itu, sinergitas program-program pemerintah lintas sektor dapat mewujudkan pengembangan bambu yang terintegrasi, sehingga menjadikan bambu sebagai penggerak ekonomi rakyat, regional dan nasional.

Hal ini dapat meningkatkan kualitas lingkungan melalui serapan karbondioksida, penyediaan sumber air dan jasa lingkungan lainnya.

Terkait dengan bambu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyelenggarakan diskusi pojok iklim secara virtual dengan mengangkat tema “Bambu Penggerak Ekonomi dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup”, pada Rabu (10/3) pekan lalu.

Diskusi dipandu oleh Project Coordinator Kanoppi-2 Bamboo Agroforestry kerjasama ICRAF-ACIAR, Desy Ekawati. Kegiatan dihadiri kementerian/lembaga, organisasi non-pemerintah, perguruan tinggi, sektor privat dan individu.

Dalam diskusi, Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT), Josef Nae Soi, mengatakan kebijakan dan program Pemerintah Provinsi NTT dalam pengembangan bambu untuk penghijauan dan kemajuan ekonomi masyarakat.

Menurut Josef dari sudut budaya, bambu berhubungan dengan tradisi, ritual atau budaya masyarakat. Bambu menjadi lambang seorang yang bekerja keras.

Josef mengatakan dengan contoh seorang pemuda kalau ingin melamar seorang gadis, harus dapat memotong bambu kering di tengah bambu basah. Lebih lanjut, dari seni kebudayaan, bambu juga bisa dijadikan alat musik.

Dari sudut ekologis, bambu dapat meningkatkan volume air bawah tanah, konservasi lahan dan perbaikan lingkungan. Dari sudut ekonomis bambu bisa dijadikan sebagai bahan bangunan, transportasi, kuliner, alat musik, alat-alat rumah tangga, pengobatan.

“Kebijakan Pengembangan Bambu oleh Pemerintah Provinsi NTT di antaranya
memutuskan Bambu sebagai salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan melalui Keputusan Gubernur No 404/KEP/HK/2018, menjadikan pengembangan bambu sebagai bagian dari (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT, menyiapkan Anggaran dan bekerjasama dengan multistakeholders,” kata Josef.

Ketua Yayasan Bambu Lestari, Monica Tanuhandaru, menjelaskan tentang pengembangan desa bambu dalam mendukung industri bambu terintegrasi. Model desa bambu yang dikembangkan adalah model desa bambu agroforestry dengan memilih lokasi yang sudah ada bambunya.
Lokasi yang bersebelahan dengan desa bambu atau desa yang mulai menanam yang sama sekali belum ada bambu.

Menurut Monica proses yang paling penting adalah membuat peta jalan bagaimana bisa sampai ke 1000 desa bambu itu dan bagaimana menggerakan dana publik, baik dana Kementerian/sektoral, dana pemerintah daerah bahkan pemerintahan desa.

“Kalau sudah menjadi program strategis dan mainstream, desa dapat mengalokasikan dengan memperkuat fasilitator desa dengan pengetahuan bambu, memasukan bambu dalam bagian perencanaan desa, memasukan bambu menjadi bagian tugas mereka ikut menanam dan memelihara bambu,” ujar Monica.

Menurut Ketua Dewan Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Sarwono Kusumaatmadja, banyak bahan untuk kebijakan tentang pemanfaatan bambu dan ini merupakan waktu yang tepat di mana pemerintah sedang menyusun regulasi tentang ekonomi rendah karbon serta menyusun acuan yang gunanya memberikan insentif bagi upaya-upaya rendah karbon.

Sarwono mengatakan bahwa yang dapat memberikan hasil lebih cepat adalah salah satunya dari bambu. Bambu adalah kunci untuk menemukan kembali kemakmuran bersama.

Exit mobile version