Malam Ini Puncak Gerhana Bulan Super

FOTO: BMKG

Darilaut – Keistimewaan Rabu 26 Mei 2021 malam ini, gerhana bulan total bersamaan dengan supermoon. Puncak gerhana terjadi pada pukul 11.18.43 UT atau pukul 18.18.43 WIB atau pukul 19.18.43 WITA atau pukul 20.18.43 WIT.

Peristiwa Gerhana Bulan Total terjadi ketika Matahari-Bumi-Bulan dalam posisi sejajar. Hari ini merupakan kesempatan yang baik untuk menyaksikan dan menikmati pemandangan gerhana bulan dan supermoon.

Sebutan lain supermoon adalah Bulan Super atau lebih tepatnya Bulan Punama Perigee.

Supermoon dan gerhana bulan adalah fenomena berbeda yang tidak selalu terjadi pada waktu yang bersamaan.

Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat, NASA, sebagaimana dilansir Phys.org menjelaskan bahwa supermoon saat bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi. Bulan purnama tersebut lebih dekat bumi dan tampak sangat besar.

Bulan mengelilingi planet kita dalam orbit elips atau lingkaran yang memanjang. Dalam orbit ini, bulan di perigee, titik terdekat dengan Bumi. Sementara bila bulan berada pada titik terjauh dari Bumi disebut apogee.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan membandingkan jarak Bumi-Bulan dan kejadian Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021, dapat diketahui bahwa waktu puncak gerhana ini terjadi hanya 9 jam 28 menit dari sejak Bulan berada di perigee.

Karena itu, gerhana ini dapat disebut sebagai gerhana bulan total perige atau dikenal pula sebagai Super Blood Moon, mengingat saat fase totalitas Bulan akan terlihat kemerahan.

Komunikator astronomi dan pengelola Langitselatan.com, Avivah Yamani, menjelaskan Bulan di perigee mencapai jarak terdekat dengan Bumi, yakni 357.311 kilo meter. Karena berada pada jarak terdekat dari Bumi, kenampakan piringan Bulan jadi lebih besar sekitar 14% dan 30% lebih terang, jika dibanding saat Bulan berada di titik terjauh atau apogee.

Namun, untuk pengamat di Bumi, perbedaan ini sangat kecil sehingga sulit dikenali.

Setiap Bulan Purnama, Bumi berada di antara Bulan dan Matahari. Akan tetapi, gerhana bulan tidak terjadi setiap Bulan mencapai fase Purnama. Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang miring 5º dibanding orbit Bumi. Akibatnya, ada saatnya Bulan tidak selalu masuk dalam bayang-bayang Bumi yang menyebabkan Matahari terhalang.

Gerhana Bulan terjadi ketika Bulan memasuki bayang-bayang inti Bumi atau umbra Bumi dan menghilang dari pandangan pengamat di Bumi. Seharusnya, Bumi jadi gelap seperti halnya gerhana Matahari, karena Bulan tidak menerima cahaya Matahari untuk dipantulkan.

Menurut Avivah, ternyata tidak demikian. Bulan tidak menghilang tapi berwarna merah seperti bata atau darah. Warna merah itu berasal dari cahaya Matahari yang bisa lolos melewati atmosfer Bumi dan mencapai Bulan.

Jadi, saat cahaya Matahari melewati atmosfer Bumi, cahaya pada panjang gelombang hijau sampai ungu disebarkan dan disaring oleh atmosfer. Hanya cahaya merah yang bisa lolos melewati atmosfer dan menyinari Bulan meskipun sebagian cahaya merah tersebut ada yang dibiaskan atau dibelokkan.

Warna merah ini yang menyebabkan Gerhana Bulan Total dijuluki Gerhana Bulan Darah. Karena bertepatan dengan posisi Bulan di perigee, muncul pula istilah Bulan Darah Super.

Warna adalah salah satu cara otak kita untuk menafsirkan variasi sifat fisik cahaya. Sifat yang sama ini menyebabkan setiap warna cahaya berbeda saat melewati zat seperti udara.

Bulan yang mengalami gerhana diterangi secara redup oleh cahaya merah-oranye. Semakin banyak debu atau awan di atmosfer bumi selama gerhana, bulan akan tampak semakin merah.

Sumber: Phys.org, BMKG dan Avivah Yamani/Langitselatan.com

Exit mobile version