Darilaut – Fenomena gerhana matahari sudah diteliti para ilmuwan masa lampau. Pada tahun 1914, seorang astronom Jerman bernama Erwin Finlay-Freundlich melakukan pembuktian relativitas umum Albert Einstein soal gravitasi.
Saat gerhana matahari terjadi, mengutip koran The New York Times, cahaya matahari melengkung 1,75 detik busur dengan mengikuti hukum Newton, meski tidak signifikan.
Pada 1933, “Ada penelitian atmosfer frekuensi rendah menunjukkan variasi yang nyata, yaitu intensitas malam hari jauh melebihi intensitas siang hari,” kata Dosen Institute for Scientific Research, Boston College, Amerika Serikat Rezy Pradipta.
Variasi ini dapat dikaitkan dengan radiasi dari Matahari melalui efeknya pada ionisasi di lapisan pemantul dan penyerap atmosfer bagian atas.
Meskipun diyakini bahwa sebagian besar ionisasi ini disebabkan oleh sinar matahari, efek yang cukup besar disebabkan oleh radiasi korpuskuler dari matahari.
Dengan adanya penelitian terdahulu fenomena gerhana matahari yang memang merupakan peristiwa yang jarang terjadi, Rezy kemudian menganalisis respons ionosfer terhadap gerhana matahari total di Amerika Utara tahun 2017.
Dengan menggunakan data digisonde dan madrigal table electron count (TEC), Nilai TEC ionosonde pada stasiun digisonde menurun sebesar 33 hingga 45 persen selama gerhana, kata Rezy dalam kegiatan visiting researcher program Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa (30/7).