Darilaut – Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko mengatakan, tahun depan LIPI akan memulai eksplorasi Eksplorasi Widya Nusantara. Dalam setahun akan banyak ekspedisi yang dilakukan dengan menggunakan kapal riset sendiri untuk mengantisipasi Covid-19.
Saat membuka webinar program Week of Indonesia-Netherlands Education Programs 2020 (WINNER 2020) dengan tema “Biodiversity for Society dan Society for Diversity” Selasa (24/11), kata Handoko, hal penting lainnya yang sedang dilakukan LIPI adalah mengelola data secara layak melalui national repository scientific system.
“Membahas tentang biodiversitas tidak hanya tentang spesies flora dan fauna, namun banyak hal penting yang terhubung. Biodiversitas meliputi spesies, genetik dan ekosistem,” ujar Handoko, seperti dikutip dari Lipi.go.id.
Menurut Handoko, jika dikaitkan dengan pemanfaatannya banyak hal yang telah diaplikasikan LIPI, di antaranya genom, bioremediasi, bioprospekting, bioenergi, biocompound, biomaterial, dan lainnya yang telah menjadi fokus penelitian.
Penelitian yang telah dilakukan LIPI dalam meningkatkan pemanfaatan biodiversitas meliputi riset biodiversitas lokal dan non-biodiversitas.
Hal ini meliputi upaya konservasi ex-situ melalui kebun raya, melakukan penyimpanan dan koleksi spesimen atau data fisik.
Kemudian, data digital, molekuler, pemanfaatan berbagai teknologi riset untuk meningkatkan nilai ekonomi sehingga membawa implikasi ekonomi dan wisata bagi masyarakat.
Peneliti bidang Mikrobiologi LIPI, Atit Kanti mengatakan, biodiversitas adalah ciri dan identitas bangsa yang melekat dalam budaya Indonesia.
“Pusat Penelitian Biologi LIPI dibangun sebagai pusat bioresources nasional untuk mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan dan pemicu pertumbuhan ekonomi,” kata Atit yang juga Kepala Pusat Penelitian Biologi tersebut.
Atit menekankan bahwa biodiversitas adalah sumber daya pembangunan nasional untuk mendukung kesehatan manusia melalui obat-obatan, vaksin dan lain-lain.
Upaya konservasi sebagai kunci keberlanjutan dapat didukung melalui taksonomi. Selain itu, biodiversitas menjadi sumber kebijakan ilmu pengetahuan.
“Kebijakan itu berawal dari membangun pondasi pengetahuan melalui riset dan eksplorasi untuk pengkoleksian data dengan metode taksonomi guna melakukan klasifikasi, sehingga dapat memetakan biodiversitas yang dimiliki,” ujarnya.
Melalui pemetaan tersebut, kata Atit, kita dapat melakukan penilaian, menentukan status dan tren, melakukan pengawasan dan menentukan model, sehingga dapat merumuskan kebijakan dalam bentuk informasi, perencanaan, rekomendasi kebijakan, model dan tools.
Ikut hadir sebagai panelis dalam webinar ini, Peter Van Welzen (Senior Researcher dari Naturalis Biodiversity Center Netherlands) dan Willem Renema (Naturalis Biodiversity Researcher Group Leader dari Naturalis Biodiversity Center Netherlands).
Komentar tentang post