Candidaspongia Sebagai Obat untuk Anti Kanker

Spons laut. FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Hasil-hasil riset yang telah dilakukan oleh peneliti dan pekerja di lapangan bekerjasama dengan masyarakat sekitar kawasan hutan dalam melakukan bioprospeksi atau pemanfaatan sumber daya genetik yang mendukung kebutuhan pangan dan farmasi.

Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno, memberikan contoh, penelitian Candidaspongia sp. Di Taman Wisata Alam (TWA) Teluk Kupang untuk anti kanker.

Selain itu, menurut Wiratno, penelitian mikroba yang berguna bagi tanaman di TN Gunung Ciremai yaitu Cendawan (Hursutella sp dan Lecanicillium sp), Isolat bakteri pemacu pertumbuhan (C71, AKBr1, AKS) dan Isolat bakteri antifrost (PGMJ1 dan A1).

“Pemanfaatan ekosistem serta konservasi jenis dengan pendekatan ekowisata berbasis masyarakat dapat menjamin jasa ekosistem tersebut dapat berkelanjutan, sebagai contoh Desa Saporkren dengan Pengamatan Burung Cenderawasih serta Ekowisata Tangkahan,” kata Wiratno, saat webinar yang diselenggarakan Food and Agriculture of the United Nations (FAO) di Roma, 5 Juni untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup sedunia 2020,

Sebagai catatan, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Nusa Tenggara Timur bekerjasama dengan Universitas Diponegoro, khususnya dengan pakar Fisheries and Marine Science, untuk mengeksplorasi spons (Candidaspongia sp).

Bioaktifnya akan dikembangkan menjadi obat anti kanker. Hal seperti ini sebagai contoh nyata, potensi farmakologi kawasan konservasi Indonesia.

Candidaspongia sp sebagai obat antikanker ini pernah ditulis Agus Trianto dkk (2011) dalam Jurnal International Scholarly Research Network ISRN Pharmaceutics.

Riset ini dengan judul “Two New Cytotoxic Candidaspongiolides from an Indonesian Sponge.” Spons laut telah dikenal sebagai sumber yang kaya akan berbagai molekul bioaktif.*

Exit mobile version