Adapun riset yang telah dilakukan adalah pendataan sebaran karang dengan genus Galaksia, Seriatopora dan Acropora untuk melihat diversitas genetiknya.
Beberapa metode seperti mapping spesies dengan bantuan DNA barcoding telah dilakukan di wilayah Raja Ampat dan Lombok, yang saat ini harus tertunda dikarenakan pandemi.
Menurut Hawis, melalui riset tersebut, plasma nutfah terbaik dengan diversitas genetik terbesar dapat ditentukan. Sehingga bila terjadi coral bleaching akibat perubahan iklim, hal tersebut dapat lebih diantisipasi karena database saat ini masih terpecah-pecah.
Manfaat yang diberikan oleh riset ini pun dapat memberdayakan masyarakat pesisir.
Beberapa wilayah Indonesia Timur, masyarakatnya dikenal lebih maju dan mempunyai kearifan lokal, sehingga riset tersebut dapat memperkuat keberadaannya. Selain itu, mempertegas peran, serta status kepunahan spesies di wilayah.
Saat ini Program Studi Ilmu Kelautan juga melakukan kolaborasi riset dengan Prancis, New Zealand dan Jerman mengenai terumbu karang jenis mesofotik di kedalaman 40-50 meter.
Menurut Hawis, dengan mengetahui riset-riset biodiversitas dan ekosistem, serta spesies dan gen, dapat menuju pada pengelolaan perikanan berkelanjutan.*
Komentar tentang post