Darilaut – Gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,5 di Laut Banda, pada Selasa (10/1). Bentuk mitigasi yang paling utama untuk bencana gempa bumi adalah penguatan bangunan agar lebih tahan gempa.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, Kamis (12/1) mengatakan, secara geologis wilayah Provinsi Maluku merupakan kawasan dengan aktifitas tektonik dan kegempaan serta tsunami paling aktif di Indonesia.
“Hal ini menjadi penting bagi kita bahwa kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami di Provinsi Maluku merupakan hal yang wajib karena memang kita hidup di kawasan tektonik aktif,” katanya.
Menurut Suharyanto bukan gempa yang membunuh, tetapi reruntuhan bangunan yang tidak tahan gempa.
Suharyanto kembali mengingatkan bahwa bencana adalah urusan bencana. Langkah penetapan status tanggap darurat menjadi bentuk kolaborasi lintas sektor dalam penanggulangan bencana.
“Tidak ada yang bisa menghadapi bencana sendirian, harus berkolaborasi dan bersinergi,” ujarnya.
Setelah menetapkan status tanggap darurat, Suharyanto memberikan arahan untuk pemerintah daerah agar dapat membentuk pos komando serta secara cepat mendistribusikan kebutuhan dasar masyarakat terdampak.
Setelah melalui masa tanggap darurat, kata Suharyanto, pemerintah daerah dapat langsung menetapkan masa transisi hingga tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Pendataan menjadi hal yang paling penting untuk dilakukan sehingga dapat mempercepat pemulihan kehidupan masyarakat terdampak.
Komentar tentang post