Tidak hanya itu, kondisi sungai juga makin surut. Sungai Jelutih salah satunya, dulu cukup lebar sekitar 2 meter dan dalam, sedada orang dewasa.
Kini airnya tinggal sedikit dan semakin dangkal. “Aik sungai jugo kini la makin kecik dan hopi lagi delom. Jadi ikan-ikan yoya habis hilang. Nakop kini la jerong bulih (Air sungai semakin kecil dan tidak lagi dalam. Jadi ikan-ikan di sungai juga hilang. Menangkap ikan di sungai kini sudah sangat jarang dapat,” kata Warai (30 tahun) istri Tumenggung Ngelembo.
Dengan semakin sulitnya ikan di sungai, para perempuan rimba terpaksa untuk memakan hewan air lainnya seperti katak dan siput.
Kondisi sulit yang dialami suku-suku di pedalaman ini, ditengarai sebagai dampak perubahan iklim.
Ibaratnya kini, suku ini dua kali mengalami kesulitan. Pertama ketika hutannya hilang kini mereka terkena dampak ikutan perubahan iklim yang disebabkan oleh hilangnya hutan.
Secara global komitmen untuk mencegah perubahan iklim harus terus dilakukan dan mulai melakukan tahap implementasi.
Indonesia turut berkomitmen untuk berperan aktif dalam pengendalian perubahan iklim dengan target menurunkan emisi sebagai penyebab perubahan iklim.
“Kondisi Orang Rimba yang sudah terdampak perubahan iklim ini, harusnya mendapat perhatian dari para pemangku kebijakan,” kata Koordinator Divisi Komunikasi KKI Warsi, Sukmareni.
Komentar tentang post