Darilaut – Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan spesies baru katak terbang asal Sulawesi.
Katak ini disebut “terbang” karena memiliki selaput penuh di jari tangan dan kaki yang membantunya melayang saat melompat. Istilah “flying frog” sendiri pertama kali diperkenalkan Alfred Russel Wallace dalam bukunya The Malay Archipelago.
Peneliti BRIN, Alamsyah Elang N.H, telah menemukan kembali katak terbang dari Sulawesi pada Agustus 2023, yang hilang selama lebih dari satu abad.
Alamsyah, dkk. kemudian menaikkan status katak terbang asal Pulau Sangihe, Sulawesi Utara tersebut menjadi jenis baru, yang diberi nama Rhacophorus rhyssocephalus.
Katak ini sebelumnya diketahui sebagai sub-spesies Rhacophorus pardalis yang tersebar luas dari Sumatra hingga Kalimantan.
Dalam diskusi SOS#66 bertajuk Sulawesi Flying Frogs: Identity Challenges and Diversity, secara daring, pada Kamis (5/6), Alamsyah menjelaskan bahwa genus Rhacophorus merupakan bagian dari famili Rhacophoridae, dengan tipe spesies Rhacophorus reinwardtii yang ditemukan di Jawa Barat. Salah satu ciri khasnya adalah adanya tulang penghubung antara ruas jari pertama dan kedua.
Secara historis, genus Rhacophorus memiliki persebaran yang luas, ditemukan mulai dari India, Cina, Jepang, Malaysia, Indonesia, hingga Filipina.




