Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan survei laut untuk pengkajian stok sumberdaya ikan di tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) RI. Survei laut ini menggunakan Kapal Riset Bawal Putih III selama 80 hari.
Kepala Pusriskan Dr Toni Ruchimat melepas Tim Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan dari Muara Baru, pada Sabtu (1/9). Pengkajian stok ini dikerjakan Balai Riset Perikanan Laut (BRPL) di WPP 713, 714, dan 718.
Untuk setiap trip, terbagi dalam 25 hari di WPP 713. Selanjutnya, 30 hari di WPP 714 dan 25 hari di WPP 718.
Selama survei, tim akan mengambil sampel oseanografi, larva, plankton di 153 lokasi. Selanjutnya, melakukan sampling trawl (swept area) di 79 lokasi. Data hidroakustik (fish finder) akan dicatat selama pelayaran.
Menurut Toni, data dan informasi ilmiah tentang status terkini sumber daya ikan (SDI) sangat diperlukan untuk menentukan langkah-langkah pengelolaan. Data dan informasi yang valid dan dapat dipercaya ini berdasarkan metode ilmiah terbaik.
KKP menetapkan riset ‘stock assessment‘ SDI sebagai salah satu program prioritas pada tahun anggaran 2015 – 2019. Riset stock assessment SDI Laut dikerjakan oleh Balai Riset Perikanan Laut (BRPL).
Toni mengatakan, pengumpulan data dan informasi fish stock assessment oleh BRPL dilakukan dengan 3 (tiga) metode. Metode pertama melalui kegiatan port sampling oleh enumerator di lokasi-lokasi pendaratan ikan terpilih di 11 WPP.
Kedua, peneliti melakukan sampling karakteristik biologi untuk spesies target . Metode ketiga, survei laut independen dengan kapal riset.
Seluruh data dan informasi yang diperoleh, akan digunakan untuk melakukan analisis estimasi potensi stok sumberdaya ikan. Analisis ini melibatkan tenaga ahli dan review oleh Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan.
Pada 2016 perhitungan stok ikan nasional tercatat 12,54 juta ton. Data ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, yakni 9,93 juta ton di tahun 2015 dan 7,31 juta ton tahun 2013.*
Komentar tentang post