redaksi@darilaut.id
Minggu, 5 Februari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Mengubah Ikonis Gunung Bromo Menjadi Astrofotografi Kelas Dunia

Mengubah Ikonis Gunung Bromo Menjadi Astrofotografi Kelas Dunia

redaksi redaksi
6 Mei 2022
Kategori : Berita
Pemandangan Langit malam dan meteor Eta Aquarid di atas Gunung Bromo, Jawa Timur. FOTO: JUSTIN NG/EARTHSKY.ORG

Pemandangan Langit malam dan meteor Eta Aquarid di atas Gunung Bromo, Jawa Timur. FOTO: JUSTIN NG/EARTHSKY.ORG

Darilaut – Selama ini Gunung Bromo di Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai salah satu destinasi wisata sunrise paling populer di Indonesia.

Banyak yang ingin menikmati panorama pagi dan matahari terbit “The Golden Sunrise of Bromo“. Tempat ini menarik bagi wisatawan dan fotografer untuk mengabadikan momen tersebut.

Namun, Gunung Bromo bukan hanya wisata sunrise dan beberapa destinasi lainnya.

Sejak astrofotografer yang berbasis di Singapura, Justin Ng, mengabadikan momen langit malam dan dinihari, Gunung Bromo menempati posisi penting untuk pengamatan luar angkasa dari Bumi.

Salah satu momen penting ini adalah peristiwa hujan meteor Eta Aquarid. Sepuluh tahun lalu, Justin memilih perjalanan ke Gunung Bromo.

Di sana Justin bukan mengejar matahari terbit. Dalam perjalanan selama 12 hari Justin mengabadikan momen Bima Sakti yang menakjubkan dan luar biasa.

Perjalanan hampir dua minggu tahun 2012 di Gunung Bromo membawa kesan mendalam bagi Justin dan hasil bidikannya mulai banyak dikenal dunia.

Karya orisinalnya dimuat di National Geographic, BBC dan CNN, serta situs web luar angkasa. Ekspedisi astrofotografi di Gunung Bromo, salah satu gunungapi aktif di Indonesia, makin populer.

Beberapa kali Justin mengunjungi Gunung Bromo dan mengabadikan berbagai momen di sana.

Hasil bidikan spektakuler dengan berbagai fitur inilah yang menjadikan Gunung Bromo ditetapkan sebagai salah satu tujuan teratas bagi para pelancong, pengamat bintang dan astrofotografer.

Hingga saat ini astrofotografi hujan meteor Eta Aquarid bidikan Justin masih terus digunakan situs berita luar angkasa, seperti Earthsky.org dan Space.com.

Awal Mei tahun ini, puncak hujan meteor Eta Aquarid. Foto Justin yang mengabadikan meteor Eta Aquarid di langit yang cerah dengan latar (foreground) Gunung Bromo di Jawa Timur terlihat kembali.

Gunung Bromo bukan hanya destinasi wisata sunrise, berangkat ke lokasi malam hari dan balik esok harinya. Destinasi Gunung Bromo telah tercatat sebagai lokasi astrofotografi kelas dunia.

Sebagai lokasi astrofotografi, inilah saatnya kembali dapat mengamati hujan meteor Eta Aquarid yang terbaik. Puncak hujan meteor Eta Aquarid ini berlangsung Jumat tanggal 6 dan Sabtu 7 Mei. Waktu terbaik untuk pengamatan pada dini hari.

Secara singkat, Eta Aquarid aktif dan bisa disaksikan sejak 19 April hingga 28 Mei, setiap tahunnya. Namun, puncaknya di awal Mei yang banyak menarik pengamat bintang dan astrofotografer.

Puluhan meteor dapat disaksikan saat puncak tersebut. Posisi meteor ini memancarkan cahaya dari arah konstelasi Aquarius.

Saatnya melihat sisa-sisa atau puing Komet Halley. Komet Halley membutuhkan waktu sekitar 76 tahun untuk mengelilingi Matahari.

Komet Halley terakhir terlihat pada tahun1986. Periode berikutnya komet ini nantinya akan terlihat dari Bumi pada tahun 2061. Selama itu, komet Halley tidak akan memasuki tata surya bagian dalam.

Komet Halley ditemukan pada tahun 1705 oleh Edmund Halley. Halley meramalkan orbit komet melalui pengamatan komet masa lalu.

Berdasarkan perhitungan dan catatan-catatan di masa lalu, Halley menunjukkan bahwa kemunculan komet ini sebenarnya sama semua.

Halley, komet yang paling terkenal—telah terlihat dan dikenal ribuan tahun lalu.

Dimensi komet Halley adalah 10 x 5 x 5 mil (16 x 8 x 8 kilometer). Ini adalah salah satu objek paling gelap, atau paling tidak reflektif, di tata surya, dengan albedo 0,03.

Sementara Eta Aquarids salah satu dari dua hujan meteor yang diciptakan oleh kepingan Komet Halley (1P Halley) di bulan Mei.

Kemudian Bumi melewati jalur Halley mengelilingi Matahari untuk kedua kalinya di bulan Oktober. Ini menciptakan hujan meteor Orionid, yang mencapai puncaknya sekitar 20 Oktober.

Eta Aquarids dikenal karena kecepatannya. Meteor-meteor ini bergerak dengan kecepatan sekitar 148.000 mph atau 66 km per detik ke atmosfer Bumi.

Umumnya 30 meteor Eta Aquarid dapat dilihat per jam selama puncaknya. Menurut Timeanddate.com di dekat Khatulistiwa seperti di Manado, Gorontalo, Ternate, Palu dan Kendari, hingga 50 meteor per jam.

Pecahan komet Halley ini memperlihatkan cahaya yang berlangsung selama beberapa detik hingga menit.

Namun untuk menyaksikan Eta Aquarids berbeda dalam jumlah di belahan bumi Utara dan Selatan selama jam-jam sebelum fajar.

Belahan Bumi Selatan lebih disukai untuk melihat Eta Aquarids. Karena di belahan Bumi Utara hanya sekitar 10 meteor. Hal ini disebabkan lokasi pengamatan di garis lintang yang berbeda.

Rasi bintang Aquarius—rumah bagi pancaran Eta Aquarids— lebih tinggi di langit di Belahan Bumi Selatan.

Bila tidak mendung dan langit cerah, untuk melihat meteor Eta Aquarids dengan cara ke tempat atau area yang jauh dari kota atau tanpa lampu jalan.

Jangan lupa untuk menyiapkan kantong tidur, selimut, atau kursi dan perlengkapan lainnya. Berbaring telentang dengan kaki menghadap ke timur dan lihat ke atas.

Nikmati langit sebanyak mungkin. Setelah sekitar 30 menit dalam kegelapan, mata akan beradaptasi dan mulai melihat meteor.

Situs web Solarsystem.nasa.gov memberikan tips: bersabarlah —pertunjukan langit akan berlangsung hingga subuh, jadi banyak waktu untuk melihat sekilas. Verrianto Madjowa

Sumber: Justinngphoto.com, Solarsystem.nasa.gov, Timeanddate.com, Space.com dan Earthsky.org

Tags: AstrofotografiAstronomiGunung BromoJawa TimurKomet HalleyMeteorMeteor Eta Aquarids
Bagikan13Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Planet Jupiter dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, pada 27 Juni 2019. Pada hari Jumat, 3 Februari 2023, para ilmuwan mengatakan telah menemukan 12 bulan baru di sekitar raksasa gas tersebut, dengan jumlah total menjadi 92. FOTO: NASA, ESA, A. Simon/Goddard Space Flight Center, M.H. Wong/University of California, Berkeley via AP
Berita

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

5 Februari 2023
Kapal kargo Jepang, Seiryu, tenggelam di Laut Pedalaman Seto Jepang, Kamis (2/2). FOTO: NHK
Berita

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

5 Februari 2023
Kapal kargo MSC Faith kandas di dekat Pulau Batu Berhenti, Kota Batam, pada Selasa (31/1) malam. FOTO: HUBLA
Berita

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

5 Februari 2023
Next Post
Ilustrasi Kapal Sabuk Nusantara. FOTO: DARILAUT.ID

KM Sabuk Nusantara 91 Kandas di Perairan Sapeken, Jawa Timur

Bibit Siklon Tropis 92B tumbuh di antara Kepulauan Andaman dan Nicobar, Rabu (4/5). GAMBAR: ZOOM.EARTH

92B dan 90S Berpotensi Tinggi Menjadi Siklon Tropis

Komentar tentang post

REKOMENDASI

PVMBG Masih Mendalami Keterkaitan Letusan dengan Tsunami

Dua Bibit Siklon Tropis Berkembang di Samudra Hindia

Sejumlah Ruas Jalan di Jakarta Tergenang Air

Paus Pembunuh Punya Nenek

Memantau Gunung Api dengan Citra Satelit

Razan Al Mubarak Terpilih Sebagai Pemimpin Baru IUCN

TERBARU

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

Bibit Siklon Tropis 95S dan 97S Mampu Tingkatkan Potensi Pertumbuhan Awan Hujan

Bibit Siklon Tropis 97S Berkembang di Selatan Bali, 95S di Selatan Jawa

Mata Ikan Tuna Mengandung Omega-3

TERPOPULER

  • Komet C/2022 E3 (ZTF) pada 26 Desember 2022 di Payson, Arizona, Amerika Serikat. Komet ini akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, awal Februari 2023. FOTO: CHRIS SCHUR

    Komet Hijau Menghampiri Bumi

    39 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 10
  • Penduduk Miskin Gorontalo Bertambah

    9 bagikan
    Bagikan 4 Tweet 2
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    34 bagikan
    Bagikan 14 Tweet 8
  • Langka, Gerhana Matahari Hybrid Akan Terjadi di Indonesia

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    28 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    234 bagikan
    Bagikan 99 Tweet 56
  • Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    29 bagikan
    Bagikan 12 Tweet 7
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk