Darilaut – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah merespon permintaan bantuan dari Libya setelah negara yang terletak di Afrika Utara itu luluh lantak dihantam Badai Daniel yang membawa gelombang laut dan hujan deras. Banjir dahsyat telah mengubah lanskap pemukiman dan daerah di Libya Timur.
Puncak Badai Daniel yang datang dari Laut Mediterania (Laut Tengah) pada 10 September membawa hujan deras menyebabkan dua bendungan runtuh di Kota Derna.
Derna adalah kota pelabuhan di Libya timur. Kota ini lenyap bersama dengan penduduknya tersapu air setelah dua bendungan tua runtuh sehingga membuat situasi menjadi bencana dan tidak terkendali, kata Badan Meteorologi Libya, seperti dilansir dari siaran pers Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).
Hingga Kamis (14/9) hari ini, mengutip BNO News melalui akun X (Twitter) @BNONews, Wali Kota Derna di Libya mengatakan sebanyak 13.000 orang masih hilang setelah Badai Daniel. Korban tewas saat ini 7.000 orang.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan hingga kemarin operasi pencarian dan penyelamatan setelah Badai Daniel di Libya terus berlanjut, dipimpin oleh badan-badan nasional, militer, Bulan Sabit Merah Libya (the Libyan Red Crescent) dan sukarelawan lokal.
Hingga kemarin, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi, lebih dari 2.000 orang tewas dan sedikitnya 5.000 orang hilang.