Gorontalo – Musim barat sejak pertengahan November tahun lalu masih berlangsung hingga Januari ini. Akibat gelombang tinggi ini, nelayan Torosiaje Serumpun beralih untuk menangkap ikan di kawasan hutan mangrove.
“Pada musim Barat, ketika warga tidak bisa turun ke laut, upaya pemenuhan kebutuhan hidup dilakukan dengan menangkap ikan di kawasan mangrove,” kata pengamat pesisir dan laut di Gorontalo Sugeng Sutrisno, Kamis (3/1).
Selama ini, menurut Sugeng, sudah 10 tahun warga Torosiaje Serumpun di Kabupaten pohuwato menjaga dan mempertahankan mangrove seluas 124,5 hektare. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membangun ketahanan sosio ekologi dan ekonomi masyarakat yang umumnya berprofesi sebagai nelayan.
Sugeng mengatakan, mangrove di kawasan lindung dan cagar alam di wilayah tersebut sudah hancur dan rusak untuk tambak. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kemudian menjadikan mangrove di Torosiaje sebagai Kawasan Ekosistem Esensial.
Mangrove Torosiaje merupakan salah satu ekosistem yang relatif mampu mewakili kondisi mangrove yang masih baik di Pohuwato.
Tokoh masyarakat Torosiaje yang juga spesialis rehabilitasi mangrove, Umar Pasandre mengatakan, angin kencang dan ombak di perairan Torosiaje dan Teluk Tomini ini kemungkinan hingga pertengahan Februari.
Komentar tentang post