Darilaut – Serangan berulang-ulang kelompok Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah (Red Sea) membuat sejumlah perusahaan besar menghentikan pelayaran di kawasan tersebut.
Serangan Houthi — kelompok anti-pemerintah Yaman — terhadap kapal komersial telah mengganggu perdagangan global di koridor penting Laut Merah.
Sejumlah perusahaan pelayaran sedang mempertimbangkan untuk mengubah rute kapalnya melalui Tanjung Harapan, di ujung selatan Afrika.
Melansir Nippon Hoso Kyokai (NHK) Selasa (19/12) perusahaan pelayaran besar telah menangguhkan jalur melalui Laut Merah, di tengah kekhawatiran keamanan yang dipicu oleh serangan berulang-ulang Houthi terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut, dalam beberapa bulan terakhir.
Pada bulan November, sebuah kapal kargo yang dioperasikan oleh perusahaan Jepang disita oleh kelompok tersebut.
Perusahaan minyak besar Inggris, BP, mengumumkan pada hari Senin (18/12) bahwa mereka akan menghentikan sementara semua transit melalui Laut Merah, dengan alasan “memburuknya situasi keamanan untuk pengiriman di Laut Merah.” Perusahaan akan mengubah rute kapalnya di sekitar Tanjung Harapan.
Tindakan serupa juga diambil A.P. Moller-Maersk dari Denmark dan Mediterranean Shipping Company dari Swiss.
Evergreen Marine Taiwan pada hari Senin mengatakan pihaknya akan menangguhkan sementara layanan impor dan ekspor Israel karena meningkatnya pertimbangan risiko dan keselamatan hingga pemberitahuan lebih lanjut.