Darilaut – Ketua Dewan Pers periode 2010-2016, Prof Bagir Manan, meluncurkan buku dengan judul “Problematika Pers dan Kualitas Demokrasi”. Peluncuran buku dilakukan di Hall Dewan Pers, pada Senin (14/11) di Jakarta.
Acara peluncuran buku yang dibuka oleh Pelaksana Tugas Ketua Dewan Pers, M Agung Dharmajaya, itu juga diikuti dengan diskusi serta bedah buku. Diskusi itu dipandu oleh Wina Armada yang juga mantan anggota Dewan Pers.
Dalam penjelasannya, Bagir Manan mengutarakan, tidak ada pers bebas yang sebebas-bebasnya.
“Kebebasan tidak akan mengurangi tanggung jawab kita,” kata mantan ketua Mahkamah Agung tersebut.
Bagir mengatakan, pers bebas hanya ada di alam demokrasi dan negara yang memegang teguh hukum sebagai pedoman. Pers dan karya jurnalistik adalah produk intelektual. Itu sebabnya Bagir berharap jurnalis senantiasa ada di dalam lingkungan atau atmosfir intelektual.
Menurut Bagir, intelektualitas dibatasi oleh etika. Selain itu, intelektualitas juga memerlukan keberanian. “Para pemberani itulah yang menjadi simbol keadilan dan kebenaran,” ujarnya.
“Saya teringat tokoh pers almarhum Mochtar Lubis. Dia selama tujuh tahun berada dalam penjara tanpa proses hukum. Dia dipenjara karena tulisannya untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.”
Komentar tentang post