Darilaut – Bencana-bencana akibat perubahan iklim terus terjadi di berbagai belahan bumi. Membuat kerrang kerja, komitmen dan pendanaan saja tidak cukup untuk membantu Masyarakat, terutama di negara yang paling rentan dengan perubahan iklim.
Sesi ke-28 Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) berlangsung tanggal 30 November hingga 13 Desember 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab.
Seminggu sejak COP28 berakhir, topan melanda Australia, hujan lebat mengguyur Amerika Serikat, dan kekeringan terus menghancurkan tanaman di Zimbabwe.
Bencana-bencana ini merupakan pengingat, kata para ahli. Meskipun kemajuan telah dicapai pada COP28, pendanaan yang dicurahkan untuk membantu masyarakat beradaptasi terhadap cuaca ekstrem masih belum mencukupi, yang diperkirakan akan menjadi lebih umum seiring dengan perubahan iklim bumi.
“Kerangka kerja dan komitmen tentatif saja tidak cukup,” kata Head of the Nature for Climate Branch Program Lingkungan PBB (UNEP), Mirey Atallah, seperti dikutip dari Unep.org.
“Kami tidak lagi beroperasi dalam ‘skenario jika-dan-kapan’. Banyak komunitas di seluruh dunia yang sudah terkena dampak perubahan iklim. Pendanaan dan tindakan diperlukan di mana pun, mulai dari mitigasi, kerugian dan kerusakan, hingga adaptasi.”
Dalam bidang adaptasi iklim, COP28 dimulai dengan berita-berita inovatif. Dunia sepakat untuk mengoperasionalkan Dana Kerugian dan Kerusakan, yang akan memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.