Jayapura – Masyarakat adat yang bermukim di Teluk Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, memiliki sistem kearifan lokal dalam menjaga sumber daya perairan. Kearifan tersebut dinamakan Tiatiki. Tujuannya adalah pemanfaatan dan pelestarian sumber daya laut dan pesisir.
Yunus Paulangan, akademisi Universitas Cendrawasih mengungkapkan bahwa tiatiki terbagi dua, yakni umum dan khusus. Tiatiki umum merupakan penutupan area oleh pemilik hak ulayat atau suku, sedangkan Tiatiki khusus adalah penutupan area oleh pemilik keluarga tertentu.
“Lokasi Tiatiki juga ditentukan berdasarkan dua indikator, yaitu lokasi keberadaan ikan target dan lokasi hak ulayat komunitas atau keluarga,” ungkap Yunus.
Yunus Paulangan melakukan penelitian kondisi ekosistem terumbu karang di lokasi kawasan Tiatiki dan kawasan non Tiatiki di kampung Tablanusu, Distrik Depapre.
Hasilnya menunjukan bahwa tutupan karang hidup di lokasi non Tiaitiki lebih tinggi dibanding dengan lokasi Tiaitiki, namun masih dalam kategori yang sama yakni sedang di kedalaman 3-5 meter, dan kategori baik di kedalaman 10-13 meter.
Selain itu, patahan karang di kedua lokasi sangat tinggi, yakni berkisar 8-13 persen di lokasi Tiaitiki, dan 13-17 persen di lokasi non Tiaitiki.
Yunus yang melakukan penelitian selama bulan Juli sampai November 2017 itu menjumpai 101 jenis ikan karang di kedua lokasi. Tercatat 63 jenis di lokasi Tiaitiki dan 69 jenis di lokasi non Tiaitiki dengan rata-rata kelimpahan yang hampir sama; yaitu di lokasi Tiaitiki dijumpai sebanyak 372 ekor pada kedalaman 3-5 meter dan 114 ekor di kedalaman 10-13 meter.
“Sedangkan di lokasi non Tiaitiki dijumpai 262 ekor pada kedalaman 3-5 meter dan 215 ekor pada kedalaman 10-13 meter.”
Tipe terumbu karang di Teluk Depapre merupakan tipe terumbu karang tepi (fringing reef), yakni tipe karang penerus yang berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas.
“Berdasarkan pengelompokan famili, lokasi Tiatiki dan non Tiatiki didominasi oleh famili Pomacentridae, Acanthuridae, Chaetondontidae, dan Scaridae.”
Yunus menjelaskan sistem Tiaitiki dalam perlindungan sumber daya karang khususnya ikan-ikan dan biota yang bernilai ekonomis pada prinsipnya telah menerapkan nilai-nilai konservasi.
Namun dalam penerapannya masih seringkali belum didasarkan pada pertimbangan ilmiah sehingga belum sepenuhnya mendukung upaya konservasi sumber daya berkelanjutan. Salah satunya penggunaan akar tuba, dan penentuan musim buka dan tutup kawasan Tiaitiki, serta penentuan lokasi yang ideal untuk kawasan Tiaitiki.
“Untuk mencegah semakin rusaknya terumbu karang di lokasi ini, maka diperlukan pengelolaan karang, terutama untuk mengontrol praktek pemanfaatan yang merusak,” ujar Yunus.
Komentar tentang post