Darilaut – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan, krisis air jadi ancaman serius sekaligus nyata dan harus menjadi perhatian seluruh negara.
“Salah satu penyebab utama krisis air adalah terus meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan laju kenaikan suhu udara, mengakibatkan proses pemanasan global terus berlanjut,” kata Dwikorita.
Hal ini berdampak pada fenomena perubahan iklim “yang dapat memicu krisis air, krisis pangan dan bahkan krisis energi, serta meningkatnya frekuensi, intensitas dan durasi kejadian bencana hidrometeorologi,” ujar Dwikorita dalam acara “2nd Stakeholders Consultation Meeting, the 10th World Water Forum” yang diselenggarakan di Bali, Kamis (12/10).
Menurut Dwikorita tidak semua negara di dunia memiliki akses terhadap air bersih. Untuk itu, Dwikorita yang juga anggota Dewan Eksekutif Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization – WMO) mendorong negara-negara di dunia melakukan pemerataan sumber daya air yang berkeadilan.
Dwikorita mengatakan, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada tahun 2022 lalu melaporkan bahwa Planet Bumi jauh lebih hangat 1,15°C kurang lebih 0,13°C jika dibandingkan dengan rata-rata suhu udara permukaan pada masa pra-industri (1850-1900).