Afrial mengatakan, sistem ini dipasang di lokasi-lokasi yang rentan bencana. Di samping itu, sistem ini akan meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menghindari korban jiwa serta kerusakan harta dan benda saat terjadi bencana.
Menurut Afrial, BNPB juga akan mengevaluasi pemasangan sistem ini sebelumnya di seluruh wilayah Indonesia, untuk menjamin fungsi sistem peringatan yang telah dipasang sejak tahun 2007.
Pelibatan UGM merupakan wujud sinergi dan kolaborasi pentaheliks dalam penanggulangan bencana. Kepala BNPB dalam berbagai kesempatan mengangkat konsep pentaheliks di mana masing-masing heliks mempunyai peran tersendiri dalam penanggulangan bencana.
Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menjelaskan melalui peran pelibatan lima heliks atau pihak tersebut sekaligus menjadikan masing-masing heliks sebagai katalisator atau pembawa perubahan dan percepatan dalam mencapai visi penanggulangan bencana.
UGM merupakan mitra dalam mengembangkan inovasi sistem peringatan dini banjir dan tanah longsor sejak 2008. Hingga sekarang sistem peringatan dini kerja sama BNPB dan UGM telah terpasang di 32 provinsi dan di luar negeri, serta telah diangkat menjadi rujukan nasional melalui SNI dan rujukan dunia melalui ISO.
Dekan Fakultas Teknik UGM Waziz Wildan menyambut baik keberlanjutan kerja sama antara BNPB dan UGM. Hal tersebut untuk terus mendorong inovasi-inovasi baru dari UGM di bidang kebencanaan.
Selain sistem peringatan dini longsor dan banjir, UGM juga telah mengembangkan sistem peringatan dini banjir bandang, aliran lahar dan tsunami.
Komentar tentang post