redaksi@darilaut.id
Rabu, 27 Januari 2021
26 °c
Jakarta
27 ° Sab
27 ° Ming
27 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Home Berita

Buaya-Buaya di Indonesia

25 Mei 2020
Kategori : Berita, Konservasi
Buaya muara, Crocodylus porosus. FOTO: AGUS HONG/KLHK

Buaya muara, Crocodylus porosus. FOTO: AGUS HONG/KLHK

Darilaut – Seekor buaya berkalung ban di Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi sorotan media massa dan ramai diperbincangkan di media sosial, Februari hingga Maret lalu. Buaya ini menjadi tontonan warga yang melintas di Sungai Palu.

Berbagai upaya dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sulawesi Tengah, untuk mengeluarkan ban bekas tersebut.

Operasi gabungan digelar dengan personel BKSDA Sulawesi Tengah, BBKSDA Nusa Tenggara Timur dan Pol-Air Polda Sulawesi Tengah.

Dua ahli buaya Australia bekerjasama dengan BKSDA untuk menangkap buaya tersebut. Namun gagal. Kerjasama dilanjutkan dengan Forrest Galante.

Untuk menangkap buaya ini cukup sulit, karena berpindah-pindah. Padahal, sudah empat tahun, buaya terlilit ban bekas.

Upaya penyelamatan buaya ini terhenti karena pandemi virus corona, penyebab penyakit Covid-19.

Indonesia memiliki beragam jenis buaya. Setidaknya, tercatat 4 spesies buaya yang hidup di sungai-sungai, muara dan danau di Indonesia.

Ke 4 jenis buaya tersebut menurut KLHK, masing-masing Crocodylus novaeguneae, Tomistoma schlegelii, Crocodylus raninus dan Crocodylus porosus.

Terdapat 1 sub spesies hasil kawin silang di penangkaran, disebut Crocodylus porosus minikanna. Namun tidak diakui secara resmi.

Spesies Crocodylus porosus umum ditemukan di seluruh nusantara, dikenal dengan nama buaya muara. Buaya ini memang tinggal di wilayah pertemuan sungai dan laut jadi bisa hidup di air asin dan tawar.

Spesies Crocodylus novaeguneae dikenal hidup di perairan tawar pedalaman Papua. Jenis buaya irian ini mirip buaya muara, tapi lebih kecil dan warnanya lebih gelap.

Spesies Tomistoma schlegelii atau buaya senyulong tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan. Ukuran tubuhnya lebih kecil dan pendek, serta bentuk moncongnya runcing dan sempit.

Spesies Crocodylus raninus, jenis ini disebut buaya kalimantan. Ciri-cirinya mirip dengan buaya muara.

Ke 4 jenis buaya ini dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, serta Permen LHK nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/ 2018. Karena dilindungi, maka tidak dibenarkan untuk dilakukan perburuan.

Sejak dulu manusia berburu satwa liar, termasuk buaya. Di sisi lain, keberadaannya di alam sering dipandang sebagai ancaman terhadap manusia.

Dari 4 jenis, buaya muara yang paling kerap diburu. Ini lantaran bagian-bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Antara lain berupa daging, kulit, lemak, empedu, tangkur, gigi dan kuku.

Daging buaya muara dapat digunakan sebagai sumber protein yang tinggi. Bagian kuku dan gigi dari buaya muara dapat dijadikan sebagai asesoris. Bagian empedu, tangkur dan lemaknya dapat dijadikan untuk obat tradisional.

Kulit buaya muara juga digunakan sebagai bahan kerajian tangan untuk membuat tas, ikat pinggang, jaket, sepatu, sandal, dompet, koper.

Berdasarkan regulasi yang ada, pemanfaatan semua jenis buaya di Indonesia harus mendapatkan ijin dari KLHK.

Dari tahun ke tahun permintaan terhadap buaya muara terus meningkat. Itu sebabnya, buaya ini terancam punah.

Selain perburuan, ancaman utama satwa liar ini adalah rusaknya habitat tempat mereka hidup dan berkembang biak.

Terdapat perbedaan jenis kelamin buaya jantan dan betina. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan bentuk ekor.

Umumnya buaya jantan berekor tegak, sementara buaya betina berekor rebah. Buaya muara memiliki warna kulit coklat kotor sampai hitam dengan bentuk kepala yang lonjong dan bentuk moncong yang bervariasi menurut umur dan ukuran tubuh.

Klasifikasi Buaya Muara

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Reptilia

Sub kelas: Archosauria

Ordo: Crocodylia

Famili: Crocodylidae

Sub famili: Crocodylinae

Genus: Crocodylus

Spesies: Crocodylus porosus (Schneider, 1801).*

Tags: BKSDABuaya MuaraKLHKPalu
Bagikan4TweetBagikanKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Burung AIR. FOTO: KSDAE
Berita

Pemantauan Burung-burung Air di Kutai

27 Januari 2021
Sejumlah relawan bersama tim SAR DMC Dompet Dhuafa melakukan pencarian dengan cara menyisir korban yang tertimpa material puing-puing akibat gempa Jumat (15/1) di Majene, Sulawesi Barat. FOTO: DMC DOMPET DHUAFA
Berita

BNPB: Kerugian Gempa Mamuju-Majene Rp 829,1 Miliar

27 Januari 2021
Buaya. FOTO: KSDAE
Berita

Penyelamatan Buaya di Tengah Kepungan Banjir

27 Januari 2021
Next Post
FOTO: DARILAUT.ID

Perpanjangan PSBB DKI Jakarta Penentu Transisi untuk Memulai New Normal

FOTO: COVID19.GO.ID/DOK RSHS

Vaksin Covid-19 Belum Ditemukan, Masyarakat Diminta Taat Protokol Kesehatan

Komentar tentang post

Bandung, Indonesia
Rabu, Januari 27, 2021
Mostly Cloudy
23 ° c
72%
11mh
-%
27 c 18 c
Rab
26 c 17 c
Kam
27 c 17 c
Jum
25 c 16 c
Sab

TERBARU

Pemantauan Burung-burung Air di Kutai

BNPB: Kerugian Gempa Mamuju-Majene Rp 829,1 Miliar

Penyelamatan Buaya di Tengah Kepungan Banjir

Tim Gabungan Gagalkan Penyelundupan Ribuan Burung

Dampak Banjir di Kota Manado

Solusi Daur Ulang Sampah Medis

REKOMENDASI

Hutan Mangrove di Indonesia Terus Menyusut

Daging 30 Ekor Rusa Disita di Labuan Bajo

Gempa Cukup Kuat Guncang Lombok

15 Tahun Perundingan Batas Maritim Indonesia – Malaysia

Mirip Kerupuk, Harga Gelembung Renang Capai Rp 50 juta per Kilogram

Beberapa Bunga Karang Raksasa, Salvador Dali di Gorontalo, Hilang

TERPOPULER

  • Ikan

    Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    13 bagikan
    Bagikan 13 Tweet 0
  • Ingin Tahu Sebaran Ikan Tuna dan Cakalang di Indonesia, Ini Lokasinya

    241 bagikan
    Bagikan 241 Tweet 0
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    53 bagikan
    Bagikan 53 Tweet 0
  • OJK Beri Penghargaan Kepada Presdir OVO dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • KLHK Jelaskan Soal Banjir di Kalimantan Selatan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Indonesia Hasilkan Sampah 175 Ribu Ton Sehari

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Ada 650 Spesies Ikan Hias di Indonesia

    18 bagikan
    Bagikan 18 Tweet 0
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2021 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Laporan Khusus
  • Ekspedisi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi

© 2018 - 2021 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk
Go to mobile version