Darilaut – Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Pusat Riset Antariksa – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin Thomas, mengatakan, ada dua bahaya sampah antariksa yaitu ketika di orbit dan ketika jatuh.
Pada saat mengorbit, kata Thomas, ada potensi sampah antariksa bertabrakan dengan satelit aktif. Ini akan menimbulkan masalah pada satelit aktif tersebut sehingga ada upaya untuk membatasi sampah antariksa.
Bahaya lainnya yaitu ketika jatuh di permukaan bumi, bisa dilihat dari segi ukuran bisa sampai berton-ton. Ini berpotensi membahayakan, tetapi kejadiannya langka.
“Contoh di Madura dulu sampah antariksa milik Space-X Amerika jatuh tapi di kandang domba. Potensi bahaya bisa dilihat dari diameter objek dan potensinya kecil sekali,” ujar Thomas, Senin (29/8).
Dari segi pemantauan sampah antariksa itu dilakukan oleh Pusat Riset Antariksa BRIN. Obyek yang ketinggian mendekati 120 km lebih intensif dipantau. Belum ada model di dunia ini yang bisa menentukan titik jatuh secara akurat.
“Sampah antariksa adalah bekas roket atau pecahan roket yang bertabrakan, bisa juga satelit yang sudah tidak beroperasi. Jumlahnya saat ini sudah sekitar 20.000 lebih,” kata Thomas, dalam Dialog Obrolan Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa yang dipandu Muhtar Gunawan.
Komentar tentang post