Darilaut – Peristiwa pemutihan karang (coral bleaching) parah yang disebabkan oleh gelombang panas laut selama empat dekade terakhir kini telah mempengaruhi hampir setiap ekosistem terumbu karang di dunia.
Kejadian yang berulang ini telah menyebabkan hilangnya tutupan karang yang besar, dengan konsekuensi yang merugikan bagi ekosistem terumbu tropis dan orang-orang yang bergantung padanya.
Setelah GPL yang memecahkan rekor di Great Barrier Reef pada tahun 2016 dan menyebabkan terjadinya peristiwa pemutihan karang massal pada tahun 2016 dan 2017, tercatat penurunan tajam terumbu karang di Great Barrier Reef Utara dan Tengah.
GPL dapat menyebabkan kerugian ekonomi melalui dampak pada perikanan dan akuakultur. Pada tahun 2011 di Australia Barat, gelombang panas laut berdampak pada budidaya abalon di utara negara bagian tersebut.
Sementara, pada tahun 2015 hingga 2016 terjadinya GPL di lepas Australia tenggara menyebabkan tingginya tingkat kematian abalon di Tasmania.
Peristiwa itu juga menyebabkan wabah kematian tiram di Pasifik, yang memengaruhi industri akuakultur tiram Pasifik, dan juga buruknya kinerja budidaya ikan salmon Atlantik.
Keanekaragaman hayati dapat secara drastis dipengaruhi oleh gelombang panas laut.
Menurut peneliti Dewi Surinati, dalam tulisan di Jurnal Oseana, Volume 46, Nomor 2 Tahun 2021, gelombang panas, khususnya gelombang panas laut memiliki potensi besar menghancurkan ekosistem laut dan menyebabkan kerugian ekonomi di industri perikanan, akuakultur, dan ekowisata.
Komentar tentang post