Victor menjelaskan program tersebut menekankan tiga aspek utama yaitu legalitas, ketelusuran, dan keberlanjutan. Melalui langkah ini diharapkan dapat memperkuat kelembagaan dan memberikan rekomendasi strategis untuk pengelolaan hiu dan pari secara berkelanjutan di Indonesia.
Ketua Yayasan Rekam Nusantara, Irfan Yulianto, mengatakan bahwa pendekatan berbasis riset, peningkatan kapasitas masyarakat, dan teknologi inovatif akan menjadi elemen kunci dalam program ini.
“Kami ingin membangun kolaborasi yang kuat dengan berbagai pemangku kepentingan demi keberhasilan konservasi,” ujar Irfan saat berbicara pada rapat koordinasi Pengelolaan Hiu Pari yang berlangsung, di Jakarta pada 15-17 Januari.
Dukungan juga datang dari Pemerintah Inggris. Perwakilan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Amanda McLoughlin, memuji komitmen Indonesia sebagai negara perikanan terbesar dan produsen hiu terbanyak ke-8 di dunia.
“Kami mendukung penuh program ini melalui pendanaan dan kerja sama erat dalam konservasi hiu dan pari,” ujar McLoughlin.
Marine Wildlife Trade and Bycatch Lead CEFAS, Joanna Murray, menjelaskan bahwa proyek ini akan mencakup beberapa fokus utama seperti melibatkan sektor swasta untuk meningkatkan kepatuhan, mengembangkan program peningkatan kapasitas bagi pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat terkait identifikasi spesies hiu.