Darilaut – Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) hingga September tahun ini provinsi dengan luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tertinggi meliputi Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Selatan, Papua Selatan, dan Jawa Timur.
Karhutla di Kalimantan Barat terjadi pada kawasan hutan seluas 1.438,69 Ha yang mayoritas berada pada hutan lahan kering sekunder.
Sedangkan area non hutan seluas 52.964,12 ha berada di area pertanian lahan kering/campur, perkebunan, belukar, dll.
Karhutla di Kalimantan Selatan seluas 24.588,89 ha. Karhutla mayoritas berada pada areal non hutan seluas 24.456,53 ha yang mayoritas berada di wilayah belukar, sawah, perkebunan, pertanian lahan kering, dll.
Karhutla di Nusa Tenggara Barat seluas 26,453,82 ha mayoritas terjadi di areal non hutan seluas 26.142,12 yang didominasi pertanian lahan kering, belukar, sawah, dan lain-lain.
Di Nusa Tenggara Timur karhutla seluas 50.396,79 ha mayoritas terjadi pada non hutan seluas 48.166,20 ha yang banyak terjadi pada lahan belukar, pertanian lahan kering campur, pertanian lahan kering.
Karhutla di Papua Selatan seluas 22.121,31 ha mayoritas terjadi pada lahan non hutan seluas 21.813,59 ha yang mayortas terjadi pada belukar, rawa, dan tanah terbuka.
Karhutla di Jawa Timur seluas 18.780,94 ha mayoritas terjadi pada area hutan seluas 18.780 ha yang banyak terjadi pada hutan lahan kering sekunder dan area non hutan seluas 5.867,04 ha yang banyak terjadi pada lahan sawah, pertanian lahan kering, belukar, dan lain-lain.
Luas karhutla di areal tidak berhutan, didominasi terjadi pada areal yang bervegetasi (± 93,1%), di mana Savanna/Padang Rumput memiliki luasan tertinggi 74 ribu ha (± 28%).
Penutupan lahan “belukar” merupakan total dari kelas penutupan lahan belukar, belukar rawa dan savanna/padang rumput.
Oleh karena itu, KLHK mengimbau untuk masyarakat pada kondisi ini salah satunya yaitu untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar khususnya pada areal penutupan lahan belukar, karena dampaknya akan sangat merugikan.
Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Bidang Manajemen Landscape Fire, Raffles B Panjaitan, mengatakan, untuk mendukung keberhasilan pengendalian karhutla, diperlukan kerja keras bersama melalui sinergisitas pencegahan dan penanggulangan karhutla, dengan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat.
Jika dibandingkan dengan Tahun 2022 (Januari sampai Agustus) luas karhutla di Indonesia mengalami kenaikan seluas 128.426,47 ha.
Namun, wilayah konvensional rawan karhutla seperti Riau mengalami penurunan 1.592 ha, Sumut mengalami penurunan 4.535 ha, dan Jambi mengalami penurunan seluas 445 ha.
Selain itu, karhutla pada tahun ini terjadi di Kawasan Hutan (wilayah kelola KLHK) seluas 135.115,68 Ha (± 50,4%) dan Areal Penggunaan Lain (APL) atau wilayah non kelola KLHK seluas 132.819,91 Ha (± 49,6%) dari total luas karhutla di Indonesia.