Darilaut – Produksi plastik telah meningkat pesat selama bertahun-tahun. Diperkirakan 1,15 hingga 2,41 juta ton sampah plastik di lautan berasal dari sungai.
Praktik global saat ini dalam menangani polusi plastik tidak berkelanjutan, termasuk di Indonesia.
Sebagai negara maritim dengan populasi cukup banyak, 80% sampah lautnya yang dibuang oleh masyarakat berasal dari darat, dan 30% tersebut dikategorikan sebagai sampah plastik.
Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan cara-cara sistematis dan inovatif untuk memantau aliran limbah plastik.
Untuk meningkatkan kesadaran sampah plastik yang semakin banyak, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) ITB mengadakan kuliah tamu pada Kamis, (7/7) lalu.
Tiga narasumber dari German Research Center for Artificial Intelligence diundang, yakni Prof Dr Oliver Zielenski, bersama Dr Christoph Tholen dan Mattis Wolf, M.Sc yang menjelaskan identifikasi dan pemantauan limbah plastik, secara hibryd.
Laut rumah bagi keanekaragaman besar spesies dan habitat, sekaligus paru-paru bumi. Sebagian produksi oksigen global adalah hasil kontribusi fotosintesis ganggang laut.
Selain itu, 50% populasi dunia tinggal di daerah pesisir, mengandalkan apa yang disediakan laut untuk mata pencaharian.
Pemanasan global menyebabkan permukaan laut naik. Sampah juga dibuang secara tidak bertanggung jawab ke laut, terutama plastik.
Komentar tentang post