Darilaut – Kegiatan eksplorasi mineral radioaktif seperti uranium telah berkembang di Indonesia sejak 55 tahun lalu, pada 1970.
Salah satu tantangan dalam menjelajahi unsur tanah jarang atau Rare Earth Elements (REE) menuntut adanya inovasi dan teknologi serta penguasaan pengetahuan yang mendalam.
Di tengah meningkatnya kebutuhan akan energi terbarukan dan teknologi canggih, eksplorasi mineral radioaktif yang berkaitan dengan unsur tanah jarang semakin menjadi fokus utama.
Sebagai upaya untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang eksplorasi mineral radioaktif, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) menyelenggarakan webinar dengan tema Advancing Technology in REE-Associated Radioactive Mineral Exploration: Lessons Learned and Geophysical Perspectives, pada Kamis (17/4).
Peneliti Ahli Madya BRIN Ngadenin, menjelaskan tahapan penambangan uranium, terdiri dari eksplorasi, feasibility, penambangan dan pengolahan.
Berbagai tahapan tersebut akan menghasilkan yellow cake, dan pada tahap akhir akan dilakukan rehabilitasi atau remediasi.
Sejarah perkembangan eksplorasi uranium di Indonesia, kata Ngadenin, pertama kali dilakukan di Kalimantan oleh BATAN (sebelum terintegrasi ke BRIN) bekerja sama dengan Commissariat à l’Énergie Atomique et aux Énergies Alternatives (CEA) Perancis.