Darilaut – Sebanyak 175 negara yang menghadiri secara langsung maupun online sesi kelima Majelis Lingkungan PBB (UNEA-5.2) di Nairobi, Rabu (2/3) sepakat mengakhiri polusi plastik di planet ini.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Lingkungan Rwanda, Dr Jeanne d’Arc Mujawamariya, mengatakan dunia telah bersatu untuk bertindak melawan polusi plastik – ancaman serius bagi planet kita.
Kemitraan internasional, menurut Dr Jeanne, akan sangat penting dalam mengatasi masalah yang mempengaruhi kita semua, dan kemajuan yang dicapai di UNEA mencerminkan semangat kolaborasi ini.
“Kami berharap dapat bekerja sama dengan INC (Intergovernmental Negotiating Committee) dan optimis tentang peluang untuk membuat perjanjian yang mengikat secara hukum sebagai kerangka kerja untuk penetapan ambisi nasional, pemantauan, investasi, dan transfer pengetahuan untuk mengakhiri polusi plastic,” kata Dr Jeanne.
Menteri Lingkungan Jepang, Tsuyoshi Yamaguchi, mengatakan resolusi tersebut jelas akan membawa kita menuju masa depan tanpa polusi plastik, termasuk lingkungan laut.
“Bersatu, kami bisa mewujudkannya. Bersama-sama, mari kita maju saat kita memulai negosiasi menuju masa depan yang lebih baik tanpa polusi plastiK,” kata Yamaguchi.
Menurut Menteri Lingkungan Peru, Modesto Montoya, kami menghargai dukungan yang diterima dari berbagai negara selama proses negosiasi ini.
“Peru akan mempromosikan perjanjian baru yang mencegah dan mengurangi polusi plastik, mempromosikan ekonomi sirkular dan menangani siklus hidup plastik secara penuh.”
Produksi plastik telah meningkat secara eksponensial dalam beberapa dekade terakhir dan sekarang berjumlah sekitar 400 juta ton per tahun – angka yang akan berlipat ganda pada tahun 2040.
Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, mengatakan konsensus tersebut merupakan kesepakatan lingkungan multilateral internasional yang paling penting sejak kesepakatan iklim Paris.
Komentar tentang post