Tantangan Pengelolaan Plastik dan Mikroplastik

Emenda Sembiring, Ph.D. FOTO: WENY AMALIA/ITB.AC.ID

Jakarta – Karakteristik plastik yang kuat, tahan lama, dan tidak cepat terurai alami, sekarang menjadi bumerang. Akumulasi sampah plastik di lingkungan merupakan bencana baru bagi lingkungan.

Menurut Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Emenda Sembiring Ph.D, bila dilihat dari aliran material plastik di dunia, terutama di Indonesia, maka bisa diambil dua sumber utama tantangan pengelolaan sampah plastik di Indonesia, yaitu pertama sampah plastik yang tidak terkelola dan kedua kebiasaan membuang sampah langsung ke lingkungan.

“Pengelolaan sampah di Indonesia masih belum menjadi prioritas utama. Rata-rata akses terhadap pengelolan sampah di Indonesia kurang dari 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan sampah akan terbuang ke lingkungan,” ujar Emenda seperti dikutip laman Itb.ac.id.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan dan langsung ke lingkungan merupakan tantangan pengelolaan sampah di Indonesia. Kebiasaan ini memang membutuhkan upaya peningkatan kesadaran masyarakat dari usia dini, bahwa jenis sampah yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda dengan jenis sampah yang dihasilkan oleh generasi sebelumnya.

Emenda mengatakan, bukan berarti selain plastik bisa dibuang langsung ke lingkungan. Jumlah sumber penghasil sampah meningkat terus, sehingga lingkungan sudah berada pada posisi tidak seimbang antara kemampuan untuk self purifying untuk menguraikan limbah dengan jumlah sampah/limbah yang dihasilkan.

Mikroplastik

Belum lagi gunungan sampah plastik di darat dan di badan air diselesaikan, sudah muncul tantangan baru dalam pengelolaan lingkungan, yaitu keberadaan mikroplastik. Mikroplastik sudah terdistribusi global dan telah terdeteksi di semua tingkatan di lingkungan perairan. Mikroplastik adalah plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 milimeter.

“Mikroplastik merupakan ancaman besar bagi seluruh ekosistem dengan memasuki rantai makanan melalui organisme akuatik. Penelitian Rochman dkk tahun 2015, menemukan mikroplastik berada dalam seafood di daerah Makassar,” kata Emenda, dalam pidato ilmiah “Plastik dan Mikroplastik: Tantangan Pengelolaan Lingkungan Kini dan Nanti” di acara Sidang Terbuka Peresmian Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Program Doktor, Magister, dan Program Profesi ITB Semester I Tahun Akademik 2019/2020 di Gedung Sasana Budaya Ganesha ITB, Kamis (15/8).

Bagaimana menghadapi tantangan tersebut? Kekuatan luar biasa dari teknologi bisa menjadi solusi. Bisa dalam bentuk penemuan material baru, industri yang mendukung ekonomi sirkular, dan cara mengelola lingkungan.

Kita tidak mungkin lagi berada pada posisi menggantikan kemasan plastik dengan daun atau bahan alami lainnya tanpa ada sentuhan teknologi.

“Inovasi dalam menyikapi tantangan plastik di masa depan dalam bentuk substisusi material atau penciptaan properti plastik yang lebih ramah lingkungan menjadi hal yang utama,” kata Emenda.*

Exit mobile version