Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Imran Pambudi, mengatakan Organisasi Pemerintah Daerah terkait bersama Satgas One Health Kecamatan Semanu memberikan pengobatan profilaksis kepada populasi terpapar untuk pencegahan.
Hingga saat ini ada 125 orang yang diberikan pengobatan profilaksis di Gunung Kidul, 87 di antara mereka berstatus seropositif.
Seropositif artinya pasien pernah terpapar antraks, tapi tanpa gejala klinis. Hal itu disebabkan karena di dalam tubuhnya sudah terbentuk antibodi.
”Jadi 87 orang itu adalah yang seropositif tanpa gejala. Oleh karena itu tidak bisa kita masukan ke dalam katagori positif antraks, dan inilah orang-orang yang akan diberikan pengobatan profilaksis,” ujar dr. Imran, Kamis (6/7).
Pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan bahaya menyembelih bangkai hewan yang mati karena penyakit.
Kesalahan ini menjadi pemicu penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri, termasuk penyakit antraks yang tidak hanya dapat menjangkit hewan lainnya, namun juga manusia hingga memunculkan kasus kematian.
“Hewan yang terjangkit tidak boleh dibuka, maka kalau disembelih itu kesalahan fatal karena bakteri sebagian besar ada di darah. Ketika darah keluar dan berinteraksi dengan udara, terbentuklah spora yang menjadi momok,” kata Prof. Dr. drh. Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, seperti dikutip dari Ugm.ac.id, Jumat (7/7).
Komentar tentang post