Berdasarkan kondisi tersebut, terlihat bahwa penduduk di wilayah perkotaan mempunyai pola konsumsi non makanan jauh lebih tinggi daripada penduduk di wilayah perdesaan.
Hal ini tentu dipengaruhi oleh konsumsi kebutuhan non makanan di perkotaan yang lebih banyak dengan harga relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan, seperti komoditi perumahan, kesehatan, pakaian, perlengkapan, serta jasa.
Bila dibedakan Garis Kemiskinan wilayah perkotaan dan perdesaan, maka Garis Kemiskinan di wilayah perkotaan pada Maret 2024 adalah sebesar Rp475.851,- per kapita per bulan dan Garis Kemiskinan di wilayah perdesaan sebesar Rp469.568,- per kapita per bulan.
Pada Maret 2024, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di wilayah perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar yakni sebesar 29,71 persen di perkotaan dan 31,07 persen di perdesaan.
Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK, yaitu sebesar 12,38 persen di perkotaan dan 11,81 persen di perdesaan. Posisi ketiga komoditi dengan kontribusi terbesar di perkotaan dan di perdesaan adalah tongkol/tuna/cakalang, yaitu masing-masing sebesar 5,44 persen dan 5,76 persen.
Selanjutnya, komoditi cabe rawit memberikan kontribusi ke-4 di perkotaan dengan kontribusi sebesar 2,45 persen. Sedangkan untuk perdesaan diisi oleh kue basah dengan kontribusi sebesar 3,44 persen.




