Darilaut – Peristiwa La Nina yang memberikan efek pendinginan sementara di bulan Januari 2025 tak dapat membendung suhu panas.
Siaran pers Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang diterbitkan pada (14/2) menyebutkan dunia baru saja mengalami Januari terhangat dalam catatan.
Rekor panas ini berdasarkan kumpulan data internasional terkemuka dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus (Copernicus Climate Change Service) dan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (US National Oceanic and Atmospheric Administration – NOAA).
Rekor panas terjadi meskipun munculnya peristiwa La Nina, yang biasanya memiliki efek pendinginan sementara.
Kondisi ini lebih hangat dari Januari 2024, ketika ada peristiwa El Nino yang menghangat.
Januari 2025 berada 1,75°C di atas tingkat pra-industri, menurut Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S), yang dilaksanakan oleh Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa.
Ini bulan ke-18 dalam sembilan belas bulan terakhir di mana suhu udara permukaan rata-rata global lebih dari 1,5°C di atas tingkat pra-industri.
Kumpulan data selain ERA5 mungkin tidak mengkonfirmasi hal ini karena margin suhu yang relatif kecil yang terlibat.
Terlepas dari sedikit perbedaan dalam kumpulan data, semua menunjukkan bahwa telah terjadi rentetan suhu yang memecahkan rekor.