“Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” katanya.
Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, hal yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas.
Turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan. Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.
Ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.
Potensi kejadian hujan es masih dapat terjadi hingga Maret – April mendatang. Untuk itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau agar masyarakat waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, mengatakan, kejadian cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es telah terjadi dalam sepekan ini di beberapa wilayah seperti Surabaya, Lampung, Bekasi, dan wilayah lainnya.
Kejadian tersebut disertai juga dengan hujan intensitas lebat dalam durasi singkat yang disertai kilat/ petir dan angin kencang.
Menurut Guswanto fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit.
Komentar tentang post