redaksi@darilaut.id
Minggu, 5 Februari 2023
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Pemilu dan Pemilihan
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Banyak Makan Korban, Ini Bahaya Senyawa Polychlorinated Biphenyls

Banyak Makan Korban, Ini Bahaya Senyawa Polychlorinated Biphenyls

redaksi redaksi
29 Juli 2021
Kategori : Berita, Kesehatan, Sampah & Polusi
Ilustrasi daerah aliran sungai (DAS). FOTO: DARILAUT.ID

Ilustrasi daerah aliran sungai (DAS). FOTO: DARILAUT.ID

Darilaut – Senyawa Polychlorinated Biphenyls telah banyak memakan korban, baik manusia itu sendiri yang terkontaminasi dan ternak unggas. Ribuan orang menderita penyakit tertentu karena senyawa ini.

Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) menggelar sosialisasi “Bahaya dan Upaya Pengelolaan Senyawa Polychlorinated Biphenyls (PCBs).”

Kegiatan digelar dalam acara Webinar dengan tema “Regulasi dan Pengelolaan Polychlorinated Biphenyls (PCBs) Berwawasan Lingkungan Guna Mitigasi Bahaya Pencemarannya Terhadap Lingkungan dan Manusia” pada Selasa (27/7).

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan PCBs merupakan salah satu jenis bahan pencemar organik yang persisten, bersifat racun, yang masuk dan mencemari lingkungan, serta terakumulasi di dalam rantai makanan.

Senyawa ini, menurut Rosa, sangat berbahaya bagi manusia. Sifatnya akumulatif dalam jangka panjang, dan dapat menyebabkan terjadinya beberapa jenis penyakit degeneratif.

“Di antaranya adalah kanker, hipertensi, diabetes, gangguan sistem reproduksi, penurunan daya tahan tubuh, peningkatan risiko penyakit jantung, dan gangguan sistem saraf,” ujar Rosa, seperti dikutip dari siaran pers KLHK.

Catatan KLHK, PCBs telah memakan korban sejak lama. Bahkan sebelum Deklarasi Stockholm tahun 1972 diterbitkan.

Pada tahun 1968 di wilayah utara Kyushu Jepang, tercatat sebanyak 15.000 orang menderita penyakit pigmentasi pada kulit, peningkatan angka kematian janin, serta tercatat sebanyak 400.000 kasus kematian ternak unggas.

Kejadian ini kemudian dikenal sebagai insiden “Kanemi Yusho”, yang penamaannya mengikuti nama perusahaan “Kanemi Company” yang memproduksi minyak beras yang diketahui terkontaminasi senyawa PCBs.

Tercatat pula sebanyak 1.843 kasus dengan gejala penyakit yang sama dengan insiden Yusho terjadi pada akhir tahun 1979 hingga 1980 di wilayah Taiwan Tengah. Kasusnya ditemukan terjadi pada kelompok usia 11 hingga 20 tahun.

Selain itu, terjadi kasus hiperpigmentasi atau bercak gelap pada kulit pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkontaminasi PCBs. Sementara di Irlandia, kasusnya sedikit lebih ringan, di mana PCBs ditemukan pada sampel daging domba yang disembelih untuk dijual. Temuan ini menyebabkan dilakukannya penyelidikan secara intensif oleh otoritas negara tersebut.

“Ketiga contoh tersebut mengkhawatirkan kita semua karena membuktikan bahwa PCBs dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan,” kata Rosa.

Bahan PCBs banyak diaplikasikan pada peralatan listrik antara lain cairan dielektrik, transformator, kapasitor, serta alat-alat rumah tangga seperti oven microwave, pendingin udara (AC), motor listrik, rangkaian elektronik elektro magnet, tombol listrik, pemutus arus listrik otomatis, pompa vakum, kabel listrik bahkan pada tinta, pelumas, cat dan aspal.

PCBs hanya bisa terdeteksi keberadaannya melalui prosedur dan uji laboratorium dengan spesifikasi khusus. Pencemaran air, tanah dan udara oleh PCBs dapat terjadi karena adanya kesalahan penanganan yang tidak sesuai prosedur dan protokol saat melakukan perawatan peralatan yang mengandung dan atau terkontaminasi PCBs pada industri.

Rosa mengatakan PCBs bersifat sangat stabil, memiliki flash point atau titik nyala pada suhu 380°C. Berdasarkan data, lebih dari 60% PCBs di Indonesia digunakan pada peralatan Trafo (atau Transformator) dan Kapasitor.

Kebocorannya yang mencemari lingkungan sangat mungkin terjadi, terutama apabila operator tidak memperhatikan aspek keamanan dalam menangani senyawa ini.

Dari beberapa survei lingkungan yang dilakukan di daerah aliran sungai, terutama di daerah yang banyak industrinya, pada beberapa titik pengambilan sampel, PCBs memang ditemukan.

Untuk itu, menurut Rosa, pemerintah memiliki kepentingan dan bertanggungjawab untuk menangani permasalahan ini. Tahun 2008, Indonesia telah memiliki Rencana Implementasi Nasional untuk mengeliminasi dan mengurangi penggunaan Bahan Pencemar Organik, termasuk senyawa PCBs.

Pada tahun 2009, Indonesia ikut meratifikasi Konvensi Stockholm. Tujuan dari konvensi ini adalah untuk melindungi manusia dan lingkungan dari dampak negatif senyawa-senyawa pencemar organik yang persisten melalui beberapa mekanisme, di antaranya pelarangan dan pemusnahan.

Konvensi Stockholm telah menetapkan dua global deadlines pada tahapan pemusnahan (phasing-out) PCBs.

Pertama, pada akhir tahun 2025, semua transformator dan kapasitor listrik yang beroperasi tidak boleh mengandung PCBs sama dengan atau lebih besar dari (≥) 50 ppm.

Kedua, pada akhir tahun 2028, semua bahan, limbah, transformator dan kapasitor yang dengan kandungan PCBs ≥50 ppm sudah harus dimusnahkan atau didekontaminasi.

Rosa mengatakan Indonesia telah melakukan pengembangan kebijakan dan peraturan terkait PCBs. Hal ini merupakan upaya Indonesia dalam mengembangkan dan mengimplementasikan Sistem Pengelolaan dan Pemusnahan PCBs Berwawasan Lingkungan sebagaimana diamanatkan oleh Konvensi Stockholm.

Langkah-langkah dan tahapan Pengelolaan PCBs Berwawasan Lingkungan diatur lebih teknis melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 29 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Polychlorinated Biphenyls, yang telah diundangkan sejak 30 Desember 2020 lalu

Diperlukan upaya edukasi guna meningkatkan pemahaman dan pengelolaan yang baik agar akibat buruk dari PCBs dapat dihindari.

UNIDO Representative for Indonesia and Timor Leste, Esam Alqararah, mengatakan UNIDO mendukung upaya Indonesia dalam menghapuskan serta mengurangi penggunaan PCBs sejak tahun 2013.

“Inisiatif yang kami jalankan berfokus pada pengenalan pengelolaan PCBs berwawasan lingkungan, inventarisasi sumber PCBs dan juga pemusnahan PCBs yang teridentifikasi,” katanya.

UNIDO, kata Esam, berupaya mengusung teknologi pengolahan PCBs yang ramah lingkungan, dan mampu mengubah karakteristik PCBs hingga pada level aman sesuai dengan standar Konvensi Stockholm.

Hal ini penting untuk diperhatikan sebagai tindakan kolektif yang dapat berkontribusi pada penghapusan PCBs dan juga pencapaian SDG di Indonesia.

Esam mengajak masyarakat untuk mulai memulihkan ekosistem di sekitar kita dengan bertindak secara bertanggung jawab, serta menghindari pencemaran lingkungan dari bahan kimia berbahaya.

“Harta yang paling berharga adalah lingkungan hidup kita, jangan menunggu sampai besok, mari kita mulai memulihkan ekosistem dari hari ini,” kata Esam.

Tags: Bahan Berbahaya BeracunKLHKlimbah B3Pencemaran LingkunganPolusiUNIDO
Bagikan2Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

Planet Jupiter dengan menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, pada 27 Juni 2019. Pada hari Jumat, 3 Februari 2023, para ilmuwan mengatakan telah menemukan 12 bulan baru di sekitar raksasa gas tersebut, dengan jumlah total menjadi 92. FOTO: NASA, ESA, A. Simon/Goddard Space Flight Center, M.H. Wong/University of California, Berkeley via AP
Berita

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

5 Februari 2023
Kapal kargo Jepang, Seiryu, tenggelam di Laut Pedalaman Seto Jepang, Kamis (2/2). FOTO: NHK
Berita

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

5 Februari 2023
Kapal kargo MSC Faith kandas di dekat Pulau Batu Berhenti, Kota Batam, pada Selasa (31/1) malam. FOTO: HUBLA
Berita

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

5 Februari 2023
Next Post
Pemodelan potensi propagasi tsunami setelah gempa M 8,2 mengguncang Alaska. GAMBAR: VOLCANODISCOVERY.COM

Peringatan Tsunami Setelah Gempa Dahsyat M 8,2 di Alaska

NWS Tsunami Alerts/TWITTER

Gempa Alaska, Peringatan Tsunami Berakhir

Komentar tentang post

REKOMENDASI

Survei Kelautan Pencarian Kapal MV Nur Allya Bulan Agustus

KKP: Ruang Laut Dimanfaatkan untuk Ekonomi dan Konservasi

Penanganan Sampah di Pantai Wisata Laut Sawu

Gempa Kuat M 7,1 Mengguncang Talaud dan Filipina

Dini Hari Ini, Puncak Gerhana Bulan Penumbra

Berlayar dengan Kapal Pinisi, Begini Cara Mendaftar …

TERBARU

Pecahkan Rekor di Tata Surya, Jumlah Bulan Jupiter Menjadi 92

Kapal Kargo Tenggelam di Laut Jepang

Kapal Kargo Muat 6153 Kontainer Kandas di Selat Singapura

Bibit Siklon Tropis 95S dan 97S Mampu Tingkatkan Potensi Pertumbuhan Awan Hujan

Bibit Siklon Tropis 97S Berkembang di Selatan Bali, 95S di Selatan Jawa

Mata Ikan Tuna Mengandung Omega-3

TERPOPULER

  • Komet C/2022 E3 (ZTF) pada 26 Desember 2022 di Payson, Arizona, Amerika Serikat. Komet ini akan melintas dekat Bumi, termasuk Indonesia, awal Februari 2023. FOTO: CHRIS SCHUR

    Komet Hijau Menghampiri Bumi

    39 bagikan
    Bagikan 16 Tweet 10
  • Penduduk Miskin Gorontalo Bertambah

    9 bagikan
    Bagikan 4 Tweet 2
  • Mengapa Orca Tidak Memangsa Manusia di Alam Liar?

    34 bagikan
    Bagikan 14 Tweet 8
  • Langka, Gerhana Matahari Hybrid Akan Terjadi di Indonesia

    3 bagikan
    Bagikan 1 Tweet 1
  • Pemanasan Laut, Ini Dampak Bagi Ekosistem dan Manusia

    28 bagikan
    Bagikan 11 Tweet 7
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    234 bagikan
    Bagikan 99 Tweet 56
  • Teori Spesiasi Geografis Ikan Karang

    29 bagikan
    Bagikan 12 Tweet 7
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu dan Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk