Darilaut – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, mengatakan, dengan telah terintegrasi unit riset pemerintah ke dalam BRIN, maka saat ini BRIN mengelola 5 kapal riset. Kapal riset (KR) tersebut masing-masing KR Baruna Jaya I, II, III, IV dan VIII.
Dengan adanya kapal riset dan pengelolaan yang terintegrasi di BRIN, maka operasional dan pemeliharaan dapat lebih terjamin berkesinambungan.
Menurut Handoko kurang lebih ada 108 fakultas kelautan di Indonesia, namun bisa dikatakan belum memiliki kesempatan dalam kegiatan ‘terjun’ ke laut.
Padahal kita ini, sekitar 60% wilayahnya didominasi oleh laut, tentunya praktis belum banyak tereksplorasi.
“Kondisinya seperti apa, potensinya, sumber daya yang ada, biodiversitas yang bisa dimanfaatkan masa mendatang,” kata Handoko dalam Webinar Fasilitasi dan Pendanaan Riset dan Inovasi edisi Fasilitasi Hari Layar (Batch 1), Rabu (9/3).
Handoko mengatakan memfasilitasi para periset melakukan kegiatan risetnya dapat kita dukung dalam jangka panjang, sehingga menjadi kunci utama untuk menguasai, memanfaatkan sumberdaya alam (SDA) laut untuk kemakmuran bangsa.
Fasilitasi hari layar menjadi salah satu skema program BRIN guna memberikan akses yang terbuka dan inklusif bagi para periset/ dosen dan mahasiswa. Program ini dapat memanfaatkan fasilitas kapal riset BRIN.
Sebagai negara dengan wilayah laut yang luas, Indonesia dipandang masih perlu untuk lebih memperkuat dan mengembangkan penelitian serta eksplorasi di bidang kelautan.
Pelaksana tugas Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN Nugroho Dwi Hananto, mengatakan dengan luas laut Indonesia 6,4 juta km2, terdapat potensi nilai eknomi sebesar 1,3 miliar USD dengan potensi lapangan kerja sekitar 45 juta orang.
Menurut Nugroho laut kita tidak hanya luas, namun juga dalam. Ada 10 sektor ekonomi, mulai dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan perikanan, bioteknologi, mangrove, pariwisata, trasportasi, industri dan jasa maritim, non conventional resources, dan pertambangan.
“Ini perlu kita jadikan tidak hanya potensi melainkan benar-benar menjadi sumber ekonomi kita, oleh karena itu dukungan riset di laut dan samudera menjadi sangat penting,” kata Nugroho.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nelly Florida Riama mengatakan, kondisi kerapatan obeservasi laut di Indonesia masih dikatakan kurang untuk mendukung operasional BMKG dalam memberikan informasi mengenai kondisi cuaca, iklim, dan potensi tsunami.
Karena itu, ketersediaan hari layar sangat perlu untuk mendukung observasi di perairan Indonesia.
“Tidak hanya membantu kami dalam maintenance alat observasi yang sudah ada di Samudera Hindia, namun juga bagaimana kita nantinya bisa menyebarkan alat di wilayah inner sea Indonesia,” katanya.
Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia sekaligus Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, La Sara, mengatakan hari layar yang dicanangkan oleh BRIN menjadi sangat penting mendukung kerja sama dalam bidang perikanan dan kelautan.
“Jika kita menginginkan riset yang berdampak luas maka tidak bisa lagi dikerjakan secara individual. Kerja sama dengan semua stakeholder, pemerintah, swasta, industri, LSM, akademisi, masyarakat diperlukan untuk mendapatkan keterlibatan data dan pengolahannya yang lebih bagus,” ujar La Sara.
Komentar tentang post