Darilaut – Konferensi iklim tahunan PBB (COP28) yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, tercatat dalam sejarah karena untuk pertama kalinya perjanjian untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil dan mempercepat ke energi terbarukan.
“Perjanjian pada COP28 di Dubai merupakan sebuah hal yang bersejarah karena – untuk pertama kalinya – perjanjian ini mengakui perlunya transisi dari bahan bakar fosil,” kata Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Prof. Petteri Taalas, Rabu (13/12).
Dalam siaran pers WMO, Prof. Taalas, mengatakan, ini adalah langkah penting ke arah yang benar tetapi bukan tujuan akhir. Kita perlu segera mengurangi produksi dan konsumsi bahan bakar fosil serta mempercepat transisi ke energi terbarukan.
“Waktu hampir habis,” kata Prof. Taalas.
Prof. Taalas menyambut baik fakta bahwa deklarasi COP28 mengakui ilmu pengetahuan, dan pentingnya mengatasi krisis iklim. Hal ini mencerminkan masukan penting yang diberikan oleh WMO dalam pemantauan iklim dan kondisi ekstrem terkait iklim, mitigasi dan adaptasi iklim.
Termasuk prioritas melindungi semua orang di Bumi melalui cakupan universal sistem peringatan dini terhadap cuaca ekstrem dan perubahan iklim pada tahun 2027.
Laporan WMO yang disampaikan pada COP28, kata Prof. Taalas, menyoroti percepatan perubahan iklim dan dampaknya terhadap planet kita dan – melalui cuaca yang lebih ekstrem – terhadap kehidupan kita sehari-hari.