Minggu, September 24, 2023
Beri Dukungan
redaksi@darilaut.id
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Bisnis dan Investasi
    • Pemilu & Pemilihan
    • Kesehatan
  • Eksplorasi
  • Kajian
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
    • Orca
    • Hiu Paus
    • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Iklim
  • Advertorial
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
    • Bisnis dan Investasi
    • Pemilu & Pemilihan
    • Kesehatan
  • Eksplorasi
  • Kajian
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Ide & Inovasi
    • Travel
  • Konservasi
    • Orca
    • Hiu Paus
    • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Iklim
  • Advertorial
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Home Berita

Dengan eDNA Peneliti Kaji Ekosistem Bawah Air di Gunung Anak Krakatau

redaksi
12 Oktober 2021
Kategori : Berita
0
Gunung Anak Krakatau

FOTO: PVMBG BADAN GEOLOGI ESDM

Darilaut – Tim peneliti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University melakukan kajian penting mengenai ekosistem bawah air setelah letusan Gunungapi Anak Krakatau.

Peneliti IPB University, Dr Hawis Madduppa mengatakan timnya telah meneliti gugusan pulau Krakatau di Provinsi Lampung, Sumatera pada akhir September lalu. Tim riset berusaha mengungkap kehidupan bawah air dengan menggunakan teknologi DNA lingkungan (eDNA).

“Kami mengamati taksa mikroba utama yang memasuki ekosistem melalui mekanisme aerial. Kami melakukan pengamatan spora menggunakan sampel spora siklon di daratan pantai Anak Krakatau dan di perairan terumbu karang di sekitar Kepulauan Krakatau, yang merupakan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut,” ujar Hawis Dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan ini, mengutip Ipb.ac.id.

Gunung Anak Krakatau muncul dari laut di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatera pada tahun 1930. Gunung ini tumbuh dengan kecepatan sekitar 4 meter per tahun.

Tahun 2018 terjadi letusan besar dan tanah longsor yang memicu tsunami. Letusan terakhir di bulan April 2020.

“Ini menarik untuk dikaji. Terutama tentang ekosistem baru pada tahap awal pengembangan gunung. Kajian ini juga untuk menentukan kolonisasi mikroba serta peran penting mereka dalam pengembangan ekosistem mikroba di perairan sekitar dan tanah,” ujar Hawis.

Dr Hawis menjelaskan teknik molekuler digunakan untuk menentukan taksa mikroba yang ada. DNA sampel akan diekstraksi menggunakan kit DNeasy PowerSoil dengan modifikasi Tournier.

Amplifikasi berikutnya dari wilayah gen 16S V4 untuk bakteri dan archaea dan wilayah ITS2 untuk jamur.

Menurut Hawis setelah pemrosesan bioinformatika, taksa akan ditetapkan dengan mengacu pada basis data yang sesuai. Ordinasi akan dilakukan untuk menilai hubungan antara struktur komunitas mikroba, lokasi dan kimia substrat dengan analisis kesamaan (ANOSIM) untuk menilai perbedaan antar kelompok.

Namun, kata Hawis, sifat kejadian vulkanik yang tidak dapat diprediksi membuat studi menjadi sulit. Hal ini yang menyebabkan kesenjangan dalam pemahaman kita tentang bagaimana ekosistem pulih setelah letusan gunung berapi.

Advertisement

Ketika abu vulkanik jatuh, baik sebagai aliran piroklastik atau dari awan letusan bersifat steril dan kurang nutrisi.

Selama ratusan tahun, perkembangan tanah di atas endapan abu mengarah ke andosol yang sangat subur. Ini yang menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di pulau-pulau vulkanik seperti Jawa.

Peneliti Departemen Teknologi Hasil Perairan IPB University Dr Kustiariyah Tarman menjelaskan bahwa secara khusus, pada tahap awal suksesi, kolonisasi oleh populasi mikroba akan menjadi penting.

“Karena mereka adalah pemain kunci biogeokimia. Perintis mikroba ini dapat memodifikasi abu, mendorong perkembangan lingkungan tanah dan meningkatkan kinerja tanaman. Oleh karena itu, tanpa kedatangan mikroba lebih awal, suksesi ekologis dan perkembangan tanah akan tertunda,” katanya.

Karena itu, menurut Kustiariyah, meningkatkan pemahaman tentang suksesi dan perkembangan komunitas mikroba itu penting dan merupakan kunci perkembangan tanah serta sedimen. Keberadaan mikroba juga mempengaruhi kimia bahan organik.

Akumulasi dan stabilitas jangka panjangnya maupun proses pelapukan mineral berkontribusi pada kesuburan tanah.

Baca Juga

200 Personel Brimob dan Tim Mabes Polri Tiba di Pohuwato

Konflik Pohuwato Terbesar Kedua di Teluk Tomini, Setelah Poso

Rektor Universitas Negeri Gorontalo Prihatin Konflik di Pohuwato

“Hasil studi ini akan memberikan wawasan yang signifikan tentang pembentukan ekosistem awal pada abu vulkanik melalui identifikasi koloni mikroba perintis. Data ini akan menjadi dasar untuk pemantauan perkembangan ekosistem Anak Krakatau di masa mendatang,” ujarnya.

Untuk pengayaan materi pembelajaran, hasil kajian juga akan dipublikasikan di jurnal ilmiah dan dipresentasikan pada forum ilmiah atau disampaikan kepada stakeholders terkait.

Selain Dr Kustiariyah dan Dr Hawis, tim peneliti FPIK IPB University yang terlibat dalam riset ini masing-masing Dondy Arafat, Raihan Hadi Syahputra, M Arief Budiman, Moh Saeful Hidayat dan Ade Gde Tangkas Vahyu, serta M Iqbal Sani.

Tags: Gunung Anak KrakatauHawis MadduppaIPB University
Bagikan1Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan
Dukungan darilaut.id : https://saweria.co/darilautID
Previous Post

Pemerintah Akan Terus Replikasi Model Rehabilitasi Mangrove

Next Post

Memantau Gunung Api dengan Citra Satelit

Postingan Terkait

200 Personel Brimob dan Tim Mabes Polri Tiba di Pohuwato

200 Personel Brimob dan Tim Mabes Polri Tiba di Pohuwato

23 September 2023
Sosiolog UNG: Ini Tantangan Penjabat Gubernur Gorontalo

Konflik Pohuwato Terbesar Kedua di Teluk Tomini, Setelah Poso

23 September 2023

Rektor Universitas Negeri Gorontalo Prihatin Konflik di Pohuwato

Grup Merdeka Menyayangkan Perusakan Fasilitas Proyek Emas Pani di Pohuwato

Soal Kondisi di Pohuwato, Semua Pihak Menahan Diri dan Tidak Memperpanjang Tindakan Kekerasan

Massa Merusak Fasilitas Pani Gold Project dan Membakar Kantor Bupati Pohuwato di Gorontalo

Guterres Mengeluarkan Peringatan Keras Dalam Pertemuan Iklim di New York

Skala Kerusakan Akibat Badai Daniel di Libya Belum Dapat Diprediksi

Next Post
Gunungapi Anak Krakatau Erupsi, Ini Potensi Bahaya

Memantau Gunung Api dengan Citra Satelit

Komentar tentang post

Dukungan

TERBARU

Cerdas Menangkal Hoaks

200 Personel Brimob dan Tim Mabes Polri Tiba di Pohuwato

Konflik Pohuwato Terbesar Kedua di Teluk Tomini, Setelah Poso

Rektor Universitas Negeri Gorontalo Prihatin Konflik di Pohuwato

Grup Merdeka Menyayangkan Perusakan Fasilitas Proyek Emas Pani di Pohuwato

Soal Kondisi di Pohuwato, Semua Pihak Menahan Diri dan Tidak Memperpanjang Tindakan Kekerasan

Beri Dukungan disini : https://saweria.co/darilautID

REKOMENDASI

239 ABK Indonesia di Kapal Pesiar Jerman Kembali ke Indonesia

Lagi, Jenazah ABK Indonesia di Kapal China Dibuang ke Laut

Patok di Sebatik Perbatasan Indonesia – Malaysia Tidak Bergeser

Pekan Ini Indonesia Hadapi 3 Fenomena: La Nina, MJO dan Curah Hujan

Tren Naiknya Suhu di Indonesia dan Perubahan Iklim

Kepingan Kapal Selam Titan yang Meledak di Samudra Atlantik Dibawa ke Darat

Tags

LIPI BMKG BRIN Samudra Pasifik sampah plastik TNI Angkatan Laut JTWC Jepang teluk tomini gorontalo Kemenhub Ditjen Perhubungan Laut Covid-19 KLHK gempabumi Virus Corona AMSI Perubahan Iklim Bibit Siklon Tropis Siklon Tropis KKP Basarnas Banjir BNPB BPBD

Kategori

  • Advertorial
  • Berita
  • Biota Eksotis
  • Bisnis dan Investasi
  • Cek Fakta
  • Eksplorasi
  • Hiu Paus
  • Ide & Inovasi
  • Iklim
  • Kajian
  • kategori
  • Kesehatan
  • Konservasi
  • Laporan Khusus
  • Orca
  • Pemilu & Pemilihan
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Travel
  • Video

About

  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Trustworthy News Indicators
Dari Laut

darilaut.id

Menginformasikan berbagai perihal tentang laut, pesisir, ikan, kapal, berita terkini dan lain sebagainya.

redaksi@darilaut.id
+62 851 5636 1747

© 2023 DARILAUT - Berita terbaru dan terkini hari ini - darilaut.id.

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Pemilu & Pemilihan
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Cek Fakta
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Travel
  • Iklim
  • Advertorial

© 2023 DARILAUT - Berita terbaru dan terkini hari ini - darilaut.id.

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.