redaksi@darilaut.id
Sabtu, 13 Agustus 2022
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Dengan eDNA Peneliti Kaji Ekosistem Bawah Air di Gunung Anak Krakatau

Dengan eDNA Peneliti Kaji Ekosistem Bawah Air di Gunung Anak Krakatau

redaksi redaksi
12 Oktober 2021
Kategori : Berita
Gunung Anak Krakatau

FOTO: PVMBG BADAN GEOLOGI ESDM

Darilaut – Tim peneliti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University melakukan kajian penting mengenai ekosistem bawah air setelah letusan Gunungapi Anak Krakatau.

Peneliti IPB University, Dr Hawis Madduppa mengatakan timnya telah meneliti gugusan pulau Krakatau di Provinsi Lampung, Sumatera pada akhir September lalu. Tim riset berusaha mengungkap kehidupan bawah air dengan menggunakan teknologi DNA lingkungan (eDNA).

“Kami mengamati taksa mikroba utama yang memasuki ekosistem melalui mekanisme aerial. Kami melakukan pengamatan spora menggunakan sampel spora siklon di daratan pantai Anak Krakatau dan di perairan terumbu karang di sekitar Kepulauan Krakatau, yang merupakan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut,” ujar Hawis Dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan ini, mengutip Ipb.ac.id.

Gunung Anak Krakatau muncul dari laut di Selat Sunda antara Jawa dan Sumatera pada tahun 1930. Gunung ini tumbuh dengan kecepatan sekitar 4 meter per tahun.

Tahun 2018 terjadi letusan besar dan tanah longsor yang memicu tsunami. Letusan terakhir di bulan April 2020.

“Ini menarik untuk dikaji. Terutama tentang ekosistem baru pada tahap awal pengembangan gunung. Kajian ini juga untuk menentukan kolonisasi mikroba serta peran penting mereka dalam pengembangan ekosistem mikroba di perairan sekitar dan tanah,” ujar Hawis.

Dr Hawis menjelaskan teknik molekuler digunakan untuk menentukan taksa mikroba yang ada. DNA sampel akan diekstraksi menggunakan kit DNeasy PowerSoil dengan modifikasi Tournier.

Amplifikasi berikutnya dari wilayah gen 16S V4 untuk bakteri dan archaea dan wilayah ITS2 untuk jamur.

Menurut Hawis setelah pemrosesan bioinformatika, taksa akan ditetapkan dengan mengacu pada basis data yang sesuai. Ordinasi akan dilakukan untuk menilai hubungan antara struktur komunitas mikroba, lokasi dan kimia substrat dengan analisis kesamaan (ANOSIM) untuk menilai perbedaan antar kelompok.

Namun, kata Hawis, sifat kejadian vulkanik yang tidak dapat diprediksi membuat studi menjadi sulit. Hal ini yang menyebabkan kesenjangan dalam pemahaman kita tentang bagaimana ekosistem pulih setelah letusan gunung berapi.

Ketika abu vulkanik jatuh, baik sebagai aliran piroklastik atau dari awan letusan bersifat steril dan kurang nutrisi.

Selama ratusan tahun, perkembangan tanah di atas endapan abu mengarah ke andosol yang sangat subur. Ini yang menyebabkan kepadatan penduduk yang tinggi di pulau-pulau vulkanik seperti Jawa.

Peneliti Departemen Teknologi Hasil Perairan IPB University Dr Kustiariyah Tarman menjelaskan bahwa secara khusus, pada tahap awal suksesi, kolonisasi oleh populasi mikroba akan menjadi penting.

“Karena mereka adalah pemain kunci biogeokimia. Perintis mikroba ini dapat memodifikasi abu, mendorong perkembangan lingkungan tanah dan meningkatkan kinerja tanaman. Oleh karena itu, tanpa kedatangan mikroba lebih awal, suksesi ekologis dan perkembangan tanah akan tertunda,” katanya.

Karena itu, menurut Kustiariyah, meningkatkan pemahaman tentang suksesi dan perkembangan komunitas mikroba itu penting dan merupakan kunci perkembangan tanah serta sedimen. Keberadaan mikroba juga mempengaruhi kimia bahan organik.

Akumulasi dan stabilitas jangka panjangnya maupun proses pelapukan mineral berkontribusi pada kesuburan tanah.

“Hasil studi ini akan memberikan wawasan yang signifikan tentang pembentukan ekosistem awal pada abu vulkanik melalui identifikasi koloni mikroba perintis. Data ini akan menjadi dasar untuk pemantauan perkembangan ekosistem Anak Krakatau di masa mendatang,” ujarnya.

Untuk pengayaan materi pembelajaran, hasil kajian juga akan dipublikasikan di jurnal ilmiah dan dipresentasikan pada forum ilmiah atau disampaikan kepada stakeholders terkait.

Selain Dr Kustiariyah dan Dr Hawis, tim peneliti FPIK IPB University yang terlibat dalam riset ini masing-masing Dondy Arafat, Raihan Hadi Syahputra, M Arief Budiman, Moh Saeful Hidayat dan Ade Gde Tangkas Vahyu, serta M Iqbal Sani.

Tags: Gunung Anak KrakatauHawis MadduppaIPB University
Bagikan1Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

FOTO: DARILAUT.ID
Berita

Hingga 2022 Kecelakaan Pelayaran Masih Signifikan

13 Agustus 2022
Ilustrasi tukik penyu hijau. FOTO: KLHK
Berita

Gelombang Panas Perburuk Populasi Penyu Jantan

13 Agustus 2022
Tukik penyu
Berita

99 Persen Tukik Penyu di Florida Berjenis Kelamin Betina

13 Agustus 2022
Next Post
Aktivitas Gunungapi Anak Krakatau Jumat  10 April 2020, pukul 23.16 WIB. FOTO: VSI.ESDM.GO.ID

Memantau Gunung Api dengan Citra Satelit

AMSI

IDC AMSI 2021: Inovasi dalam Penguatan Ekonomi Digital

Komentar tentang post

Bandung, Indonesia
Sabtu, Agustus 13, 2022
Mostly Cloudy
24 ° c
72%
11mh
-%
28 c 19 c
Rab
26 c 18 c
Kam
27 c 18 c
Jum
26 c 17 c
Sab

TERBARU

Hingga 2022 Kecelakaan Pelayaran Masih Signifikan

Antibodi Penduduk Indonesia Meningkat 4 Kali Lipat

Gelombang Panas Perburuk Populasi Penyu Jantan

99 Persen Tukik Penyu di Florida Berjenis Kelamin Betina

Badai Tropis Meari Akan Melintasi Tokyo

Banjir Melanda Kabupaten Bogor, Cilacap, Pohuwato dan Katingan

REKOMENDASI

Menteri LHK Tanam 5000 Bibit Mangrove di Manado

Pengamat Astronom Berbagi Rekaman Video Gerhana Matahari

BPPT dan BIG Gelar Ekspose Survei Landas Kontinen

Perairan Indonesia Tersibuk di Dunia

Diagnosis dan Pencegahan Infeksi Virus Corona

Sektor Perikanan Indonesia Harus Bebas dari Pelanggaran HAM

TERPOPULER

  • Ikan

    Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    663 bagikan
    Bagikan 275 Tweet 162
  • Ini Daftar 34 Trayek Tol Laut Tahun 2022

    21 bagikan
    Bagikan 9 Tweet 5
  • LIPI Bahas Ilmu Kelautan dan Kebumian

    10 bagikan
    Bagikan 5 Tweet 2
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    370 bagikan
    Bagikan 155 Tweet 90
  • Kawasan Timur Indonesia Kaya Sumber Daya Ikan

    121 bagikan
    Bagikan 49 Tweet 30
  • Mirip Kerupuk, Harga Gelembung Renang Capai Rp 50 juta per Kilogram

    275 bagikan
    Bagikan 114 Tweet 67
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    186 bagikan
    Bagikan 79 Tweet 45
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk