Jakarta – Peneliti Destructive Fishing Watch (DFW)-Indonesia Widya Safitri mengingatkan, nelayan dan industri penangkapan ikan dalam negeri agar memperhatikan aspek traceability (penelusuran produk). Terutama hasil tangkapan ikan yang akan di ekspor ke pasar AS dan Uni Eropa.
“Dunia perikanan tangkap kita selama ini ibarat pasar gelap, tidak dikenal sistim dokumentasi aktivitas dan kadang pihak buyer yang turun langsung membuat dokumen ekspor,” kata Widya, Selasa (4/9).
Peluang meningkatkan ekspor produk perikanan memiliki tantangan, antara lain terkait harga dan kualitas produk. Bila harga ikan di luar negeri murah dibandingkan dengan harga lokal di Indonesia, mungkin produksi di negara tersebut lain lagi meningkat.
Walaupun harga luar negeri lagi turun, tapi tetap lebih menjanjikan. Untuk harga tuna fresh loin misalnya dengan kualitas grade A, saat ini harga Jepang mencapai Rp 350.000-1.000.000 per kilogram. Sementara harga dalam negeri hanya Rp 120.000/kg.
Widya mengatakan, pasar internasional yang makin ketat merupakan momentum untuk memacu pelaku perikanan tangkap untuk naik kelas. “Pasar mereka sangat ketat dan mensyaratkan produk ikan yang ditangkap memenuhi aspek ekologi, sosial dan ekonomi,” katanya.*
Komentar tentang post