Selain itu, surat-surat dan peristiwa seputar Hoa Kiau di Indonesia menyoroti bagaimana keturunan Tionghoa di Indonesia kerap mengalami diskriminasi politik. Pram sendiri pernah dipenjara akibat tulisannya yang dianggap membahayakan negara.
Penulis dan sejarawan, Max Lane mengatakan bahwa pemikiran pemuda Indonesia pada akhir 1950-an hingga 1980-an sangat dipengaruhi oleh konsep kebangsaan dan kelas.
Dalam novel Pram berjudul Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa, Pram menggambarkan proses penciptaan bangsa Indonesia yang memerlukan batas teritorial, ekonomi bersama, bahasa nasional, serta kebudayaan baru.
Kelas sosial juga berperan, dengan perbedaan antara priyayi yang bergantung pada jabatan dengan rakyat yang mencari penghidupan sendiri.
Pram juga mengkritisi kapitalisme kolonial dan menggambarkan bagaimana kaum kapitalis pribumi seperti Nyai Ontosoroh dan Tirto Adhi Soerjo mengalami penindasan atau pengasingan.
Dalam novel Jejak Langkah dan Rumah Kaca, Pram menunjukkan bahwa kapitalis dalam negeri kesulitan berkembang, sementara pergerakan kiri menghadapi represi, yang akhirnya membentuk lanskap politik Indonesia pada abad ke-20.