Darilaut – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar diskusi sasatra menggali dan mengupas karya-karya Pramoedya Ananta Toer (Pram).
Pram adalah sastrawan, kritikus kebudayaan dan sejarah Indonesia yang juga dikenal sebagai aktivis politik dan sosial.
Pram bukan hanya sastrawan besar, akan tetapi pemikir yang banyak menyuarakan keadilan dan inklusivitas dalam masyarakat. Meninggal tahun 2006, karya Pram hingga kini masih sangat berpengaruh dan dibaca secara luas di Indonesia dan luar negeri.
Sosok dan karya-karya Pram menarik perhatian dari peneliti BRIN dan mendiskusikan dengan topik “Seratus Tahun Pramoedya Ananta Toer: Dari Sastra ke Sejarah, dari Kemanusiaan ke Perlawanan”, yang berlangsung Kamis (6/3).
Diskusi sastra ini diselenggarakan oleh Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan (PR MLTL) BRIN bekerja sama dengan Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia Komisariat Nusa Tenggara Barat (HISKI NTB).
Melalui diskusi ini diharapkan menjadi awal kolaborasi antara BRIN dan para pecinta sastra dalam menggali pemikiran Pram, terutama terkait isu kemanusiaan yang masih relevan hingga saat ini.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah pembicara ternama, di antaranya Hilmar Farid, Sumit Mandal, Koh Young Hun, dan Max Lane.