redaksi@darilaut.id
Senin, 15 Agustus 2022
26 °c
Jakarta
28 ° Sab
27 ° Ming
28 ° Sen
27 ° Sel
Dari Laut Indonesia
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Masuk
  • Daftar
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
  • Home
  • Berita
    • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
    • Biota Eksotis
    • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
    • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Dari Laut
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Home » Berita » Dwi Listyo Rahayu, Satu-Satunya Taksonom Kelomang di Indonesia

Dwi Listyo Rahayu, Satu-Satunya Taksonom Kelomang di Indonesia

redaksi redaksi
24 Agustus 2021
Kategori : Berita, Biota Eksotis
Kelomang. FOTO: OSEANOGRAFI.LIPI.GO.ID

Kelomang. FOTO: OSEANOGRAFI.LIPI.GO.ID

Darilaut – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberikan penghargaan kepada Profesor Riset Dwi Listyo Rahayu yang selama ini menekuni keanekaragaman hayati laut dengan mempelajari taksonomi kelomang dan kepiting. Penghargaan LIPI Sarwono Award XIX ini bertepatan dengan 54 tahun LIPI.

Dwi Listyo Rahayu yang biasa disapa Yoyo, adalah satu-satunya taksonom kelomang di Indonesia. Bahkan Yoyo salah satu di antara tiga taksonom kelomang di dunia.

Yoyo mulai memberikan perhatian pada morfologi krustasea ini sejak tahun 1986. Selama menjadi peneliti Yoyo berhasil merilis 93 publikasi ilmiah dengan mendeskripsikan kelomang dan kepiting.

Yoyo telah mendiskripsikan kelomang (hermit crab) sebanyak empat genus dan 74 spesies, dan kepiting (crab) sebanyak enam genus dan 76 spesies.

Bahkan tahun 2020, menemukan empat spesies baru kepiting dari perairan wilayah timur Indonesia. Diperkirakan Indonesia memiliki kurang lebih 200-300 spesies kelomang.

Penelitian taksonomi tidak hanya mengidentifikasi biota, memberi nama, tetapi mengamati bentuk, warna, corak, dan bagian-bagian tubuh biota.

Selain mengklasifikasikan biota tersebut, Yoyo juga memperhatikan tempat, cara, peran dan kegunaan dalam kehidupannya. Krustasea termasuk kelompok biota laut dominan kedua, setelah moluska.

Yoyo meneliti kelomang dari berbagai perairan pesisir di Indonesia sejak 1988. Terlibat dalam inventarisasi biota laut perairan Maluku Utara, Maluku Tenggara, Timor Timur, Kalimantan (Pulau Derawan dan sekitarnya), Bali dan Lombok dari Tahun 1993-1998.

Pernah pula meneliti kelomang di perairan Selat Malaka, Johor dan Singapura. Risetnya mengenai keanekaragaman jenis krustasea di perairan Lombok serta, penelitian kelomang dari Filipina masih berlanjut sejak 2004 hingga sekarang.

Yoyo menyelesaikan pendidikan S1 di IPB Jurusan Perikanan. Pilihannya berkarir sebagai peneliti LIPI mempertemukannya dengan senior sekaligus mentor risetnya saat itu, Dr Kasim Moosa.

Selanjutnya, Yoyo mengikuti Ekspedisi Snellius II pada Tahun 1984. Ekspedisi tersebut mengangkat 5 tema penelitian: geologi dan geofisika, terumbu karang, vetilasi lubuk laut dalam, sistem pelagis, dan dampak sungai terhadap lingkungan laut. Melalui ekspedisi ini banyak berkenalan dengan para taksonom senior dari berbagai belahan dunia.

Yoyo kemudian melanjutkan studi S2 dan S3 di Université Pierre & Marie Curie, Paris VI, Perancis melalui beasiswa Overseas Fellowship Program (OFP) yang dicetuskan oleh Presiden Indonesia ketiga BJ Habibie.

Paris menjadi tujuannya karena pada saat itu Natural Museum of Natural History Paris adalah salah satu pusat studi krustasea terbaik.

“Saya ingin mengerjakan krustasea dan yang banyak orang krustasea itu di Paris,” kata Yoyo seperti dikutip dari Lipi.go.id.

Kendati demikian, Yoyo justru ditawari untuk meneliti kelomang. “Kalau saya lihat kala itu, waktu saya kuliah di Universite Pierre & Marie Curie, Paris VI, Paris, kelomang ternyata menarik sekali, unik, dan tidak banyak yang mengerjakan apalagi dari Indonesia. Publikasinya pun hampir tidak ada,” kata perempuan kelahiran Mojokerto 1957 ini seperti dikutip dari Oseanografi.lipi.go.id.

Profesor Riset Dwi Listyo Rahayu. FOTO: OSEANOGRAFI.LIPI.GO.ID

Banyak fungsi kelomang di alam. Begitupula dengan kepiting. Peluang untuk mengerjakan penelitian ini sangat besar.

Yoyo mengajak kita semua untuk menjaga lingkungan sesuai kemampuan masing-masing. Sehingga, keberlanjutan sumber daya laut sebagai sumber kehidupan di masa mendatang tetap terjaga.

“Biodiversitas harus kita jaga, karena dalam waktu bersamaan kita dapat mempelajari bagaimana memanfaatkannya sesuai kebutuhan manusia,” katanya.

Sebagai contoh spesies kepiting kelapa atau ketam kenari (Birgus latro) yang termasuk dalam kelomang yang dapat dijadikan peliharaan dalam akuarium.

Jika mampu membudidayakannya akan menjadi prospek ekonomi yang besar. Masalahnya, sekarang spesies ini masuk dalam daftar The International Union for Conservation of Nature Red List of Threatened Species atau IUCN Red List. Hal ini karena siklus hidupnya belum diketahui secara tuntas.

Kelomang dan kepiting memiliki peranan penting dalam ekosistem kita. Kelomang memakan semuanya; mulai dari makroalga, kerang, sampai potongan hewan yang mati. Kelomang ini sebagai hewan pembersih.

Sementara kepiting mengonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, serta meningkatkan distribusi oksigen dalam tanah.

Yoyo tercatat menjadi peneliti tamu di berbagai laboratorium dan museum sejarah alam seperti (Lee Kong Chian Natural History Museum-NUS); Jepang (National Science Museum, Tokyo; Natural History Museum and Institute, Chiba); Perancis (Museum National d’Histoire Naturelle, Paris); dan Amerika Serikat (National Museum of Natural History, Smithsonian Institution, Washington DC).

Selain itu, terlibat dalam berbagai ekspedisi internasional seperti “KUMEJIMA” di Okinawa, Jepang, CMBS (Comprehensive Marine Biodiversity Survey) di Singapura, 2012-dan 2013, dan SJADES (South Java Deep Sea) Indonesia, Singapore 2018.

Ekspedisi SJADES adalah momentum sejarah karena pertama kalinya sebuah riset eksplorasi laut dalam dipimpin oleh peneliti dari Singapura Prof. Peter Ng dan Indonesia Prof Dwi Listyo Rahayu.

Pemberian LIPI Sarwono Award bertujuan untuk memberikan pengakuan kepada tokoh dan pakar di Indonesia yang mengabdikan diri dan pemikirannya dalam memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia. Apresiasi ini diberikan kepada peneliti berprestasi dan ilmuwan dalam bidangnya masing-masing.

“Saya merasa terhormat karena terpilih sebagai penerima LIPI Sarwono Award XIX. Hal ini menunjukkan bahwa bidang taksonomi memperoleh perhatian dari pemerintah. Dari pemberian penghargaan ini, saya berharap akan ada peneliti muda untuk meneruskan dan menekuni bidang tersebut,” katanya.

Sumber: Oseanografi.lipi.go.id dan Lipi.go.id

Tags: Dwi Listyo RahayuKelomangKepitingKrustaseaLIPI
Bagikan2Tweet1KirimKirim

Berlangganan untuk menerima notifikasi berita terbaru Dari Laut Indonesia

Berhenti Berlangganan

Related Posts

FOTO: NASA/Techexplorist.com
Berita

NASA Menemukan Planet Baru Lebih Besar dari Bumi

15 Agustus 2022
Ikan-ikan mati mengambang di Sungai Oder, Eropa Tengah, Sabtu 13 Agustus 2022. Menteri Lingkungan Polandia mengatakan tes laboratorium setelah kematian massal ikan mendeteksi tingkat salinitas yang tinggi tetapi tidak ada merkuri di dalamnya. FOTO: PATRICK PLEUL/AP
Berita

Misteri Berton-ton Ikan Mati Mengambang di Sungai Oder, Eropa Tengah

15 Agustus 2022
Gumpalan besar debu dari Gurun Sahara di Afrika berputar di atas Samudra Atlantik hingga Amerika Setikat. Gambar ini diambil oleh Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) satelit Aqua NASA, pada 26 Juli 2022. FOTO: NASA Earth Observatory oleh Lauren Dauphin, menggunakan data MODIS dari NASA EOSDIS LANCE dan GIBS/Worldview
Berita

Pusaran Debu Sahara Afrika Menyebar di Samudra Atlantik Hingga Amerika Serikat

15 Agustus 2022
Next Post
Lumba-lumba merah muda (pink). FOTO: VIA MYDIGITALNEWS.IN

Lumba-Lumba Merah Muda

Hamparan padang lamun. FOTO; DARILAUT.ID

Perubahan Iklim: Gejala Mengkhawatirkan Mencairnya Bongkahan Es di Kutub

Komentar tentang post

Bandung, Indonesia
Senin, Agustus 15, 2022
Mostly Cloudy
24 ° c
72%
11mh
-%
28 c 19 c
Rab
26 c 18 c
Kam
27 c 18 c
Jum
26 c 17 c
Sab

TERBARU

NASA Menemukan Planet Baru Lebih Besar dari Bumi

Misteri Berton-ton Ikan Mati Mengambang di Sungai Oder, Eropa Tengah

Pusaran Debu Sahara Afrika Menyebar di Samudra Atlantik Hingga Amerika Serikat

Pemerintah Kota Gorontalo Kick Off Vaksinasi Covid-19 Booster ke-2

Badai Tropis Meari Telah Melewati Daratan Jepang

Badai Tropis Meari Mendarat di Jepang, Ribuan Orang Dievakuasi dan Penerbangan Dibatalkan

REKOMENDASI

Masuk Jaring Nike, Nelayan Lepas Pari Manta dan Hiu Paus

Upacara HUT Kemerdekaan RI di Karang Unarang, Ambalat

KKP – Kemenhub Permudah Pengurusan Dokumen Kapal Bagi Nelayan Kecil

Ikan Melimpah, Tak ada Unit Pengolahan di Lembata

Bagaimana Rasanya Bersama 145 Paus Pilot yang Mati Massal?

Kapal Perikanan Terbakar di Cilacap, 547 Orang Awak Terdampak

TERPOPULER

  • Ikan

    Ini Potensi di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan

    664 bagikan
    Bagikan 275 Tweet 162
  • Mirip Kerupuk, Harga Gelembung Renang Capai Rp 50 juta per Kilogram

    276 bagikan
    Bagikan 115 Tweet 67
  • Enam Aplikasi Digital Nelayan Indonesia

    370 bagikan
    Bagikan 155 Tweet 90
  • Banjir Melanda Kabupaten Bogor, Cilacap, Pohuwato dan Katingan

    3 bagikan
    Bagikan 2 Tweet 1
  • Kawasan Timur Indonesia Kaya Sumber Daya Ikan

    121 bagikan
    Bagikan 49 Tweet 30
  • Kuda Laut, Ikan yang Dipercaya Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

    187 bagikan
    Bagikan 79 Tweet 45
  • Ada 49 Spesies Lumba-lumba, di Indonesia 16 Jenis

    22 bagikan
    Bagikan 9 Tweet 6
  • Tentang
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Terms of Use
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Email : redaksi@darilaut.id

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Berita
  • Laporan Khusus
  • Eksplorasi
  • Sampah & Polusi
  • Tips & Trip
  • Biota Eksotis
  • Ide & Inovasi
  • Konservasi
  • Kajian
  • Kesehatan
  • Orca
  • Hiu Paus
  • Bisnis dan Investasi

© 2018 - 2022 PT Dari Laut Indonesia

Selamat Datang Kembali

Masuk dengan Facebook
Masuk dengan Google+
Atau

Masuk Akun

Lupa Password? Mendaftar

Buat Akun Baru

Mendaftar dengan Facebook
Mendaftar dengan Google+
Atau

Isi formulir di bawah ini untuk mendaftar

*Dengan mendaftar di situs kami, anda setuju dengan Syarat & Ketentuan and Kebijakan Privasi.
Isi semua yang diperlukan Masuk

Ambil password

Masukan username atau email untuk mereset password

Masuk